Inovasi Makanan Penurun Kolesterol Pukau Juri Lomba Produk Kesehatan

Oleh Neli Syahida

Editor Neli Syahida

BANDUNG, itb.ac.id - Akhir-akhir ini, dunia kesehatan sudah tidak lagi berkecimpung dengan penyakit infeksi. Sebaliknya, dengan perkembangan berbagai macam teknologi, secara tidak langsung menyebabkan peningkatan pesat penyakit yang terkait dengan gaya hidup serba instan. Salah satunya adalah penyakit jantung koroner, yang kemungkinan munculnya diperkuat oleh kondisi kolesterol yang tinggi. Atas dasar itulah, tiga mahasiswa program studi Sains dan Teknologi Farmasi 2011, yaitu Martha Netta Simutorang, Hanary Geby Jessica, dan Glorianna Chrysilla menciptakan produk makanan penurun kolesterol yang berhasil menjuarai Lomba Produk "PRESCRIPTION" di pada bulan Mei lalu. Bertempat di Universitas Hasanuddin, lomba ini mengusung tema "Optimalisasi pengelolaan potensi sumber daya alam Indonesia sebagai produk farmasi yang bernilai ekonomi dan berdaya saing global".
Pada praktiknya, Martha dan tim melakukan fortifikasi makanan. Fortifikasi makanan sendiri merupakan penambahan dengan sengaja satu atau lebih nutrien ke dalam makanan. Dalam hal ini, mereka menambahkan biji labu kuning (Curcubita pepo) ke dalam sereal oatmeal untuk meningkatkan nutrisinya. Biji labu kuning ini sebelumnya telah diketahui memiliki aktivitas menurunkan kolesterol. Biji labu kuning mengandung minyak tak jenuh dalam kadar yang tinggi. Dengan penambahan biji labu kuning ke dalam oatmeal dan dipadukan dengan susu rendah lemak, formulasi sereal ini diharapkan akan semakin meningkatkan aktivitasnya dalam menurunkan kolesterol.

Proses pembuatan produk pangan ini cukup sederhana. Pertama, biji labu kuning diserbukkan, kemudian baru dikeringkan. Untuk formulasinya, biji labu kuning dipadukan dengan oatmeal dan susu rendah lemak dengan perbandingan 2:1. "Desain awalnya, kami memang ingin membuat sediaan yang mudah dipakai, bukan seperti sediaan obat," tutur Martha. Dengan bimbingan dari Dr. rer. nat. Sophi Damayanti, akhirnya tim ini berhasil menjuarai lomba produk tersebut.

Pada seleksi awal, masing-masing tim diminta untuk membuat makalah mengenai produk yang mereka buat dan melampirkan foto produk jadinya. Kemudian, juri menyeleksi dan menyaring hingga menjadi sebelas tim. Tiga tim dari Sekolah Farmasi ITB berhasil lolos untuk masuk ke tahap presentasi. Martha mengaku pada saat presentasi, ia sempat merasa minder melihat kelompok-kelompok lainnya membuat produk-produk yang canggih. Namun, setelah presentasi ia dan timnya kaget karena salah seorang juri mengatakan bahwa produk mereka sudah siap dipasarkan. "Kenapa tidak coba ditawarkan ke industri saja, seperti Kalbe Farma misalnya?" tanya salah seorang juri.

Dengan mengikuti lomba ini, Martha mendapatkan banyak pengalaman. Ia menjadi tahu bagaimana tahapan menulis makalah yang baik. Ia mengaku ini merupakan kali pertama ia mengikuti lomba penulisan makalah. Selain itu, ia juga mendapatkan pembelajaran dari berbagai proses yang ia jalani selama mengikuti lomba. "Sebenarnya sesuatu yang tampak sederhana, kalau digarap dengan sungguh-sungguh akan bisa bermanfaat," tuturnya.