ITB dan L’Oreal Sosialisasi Program Riset “For Woman in Science”

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Foto: Humas ITB

BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerjasama dengan L’Oreal Indonesia dan Komite Nasional Indonesia untuk Unesco menyelenggarakan sosialisasi program “L’Oreal Fellowship for Woman in Science” di Auditorium CC Timur, Kampus ITB Jalan Ganesha No. 10 Bandung, Rabu (22/5/2019). Selain sosialisasi, juga dilakukan sharing pengalaman dalam bidang riset dari para peneliti perempuan yang telah mengikuti program tersebut.


L'Oreal UNESCO for women in Science adalah penghargaan yang diberikan kepada ilmuwan perempuan muda berbakat yang mendedikasikan karir mereka untuk mengembangkan inovasi ilmiah dan berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan dan kemajuan masyarakat. Tujuannya untuk mengakui, menyemangati dan mendukung para peneliti perempuan di Indonesia.

Acara tersebut dibuka terlebih dulu oleh Wakil Rektor Bidang Riset, Inovasi dan Kemitraan ITB, Prof. Dr. Ir. Bambang Riyanto Trilaksono. Dalam sambutannya ia menyampaikan, saat ini di sektor yang didominasi oleh pria, banyak perempuan sudah tampil dengan prestasi yang sangat membanggakan. Untuk itu, program for Woman in Science sangat memberi dukungan kepada perempuan-perempuan peneliti di Indonesia.

“Kita (ITB) selalu encourage dan mendorong para peneliti perempuan dalam bidang sains untuk berpartisipasi di dalam kegiatan ini. Dan sudah banyak para peneliti perempuan dari ITB yang mengikuti kegiatan tersebut,” ujar Prof. Bambang. 

*Foto: Humas ITB

Salah satu peneliti perempuan dari ITB yang meraih penghargaan L’Oreal Award adalah Dr. Fenny Martha Dwivany dengan risetnya tentang pisang ambon. Penelitiannya dalam biologi molekuler tanaman digunakan untuk mengatasi masalah buah pascapanen. Beberapa inovasi untuk memperpanjang umur simpan pisang telah dikembangkan oleh Dr. Fenny dan timnya melalui pendekatan biologi molekuler atau nanoteknologi dan telah terdaftar sebagai dua paten milik ITB. Teknologi ini akan membantu para petani dan industri untuk meningkatkan produksi pertanian.

Pada kesempatan ini, dari ITB hadir pula Dr, Eng. Yosi Agustina Hidayat, Kepala Laboratorium Perencanaan dan Optimasi Sistem Industri, Fakultas Teknologi Industri ITB (pemenang Loreal-UNESCO for Women in Science tahun 2013). Yosi memenangkan Loreal-UNESCO FWIS award tahun 2013 dengan proposal yang berjudul “Analisis Korelasi Penyakit Tuberculosis dengan Komordibilitas Diabetes Mellitus Untuk Mencari Pengobatan Yang Optimal Melalui Pendekatan Farmakologi dan Management Science”.
 
Penelitian ini merupakan sinergi antara aplikasi Engineering tools ke dalam decision science, yaitu tools yang disebut Rantai Markov (Markov Chain). Dalam penelitian yang dilakukan, Model Markov digunakan sebagai pendekatan untuk memilih opsi obat dalam kasus komplikasi Non-Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM) telah dikembangkan. Model yang diusulkan dapat mengakomodasi sifat kronis dan kompleks dari perkembangan penyakit.



Selain itu, acara sosialisasi juga diisi oleh anggota dewan juri lainnya, yaitu Dr. Neni Sintawardani dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) yang menekankan pentingnya etika dalam melakukan penelitian, khususnya terkait sistem pendanaan, serta sharing penelitian dari Fitri Khoerunnisa, Ph.D dari Departemen KIMIA FPMIPA, Universitas Pendidikan Indonesia (pemenang Loreal-UNESCO for Women in Science tahun 2016). Kepedulian Fitri yang besar terhadap kesehatan dan lingkungan telah membawanya menjadi salah satu pemenang L'Oréal-UNESCO, For Women in Science National 2016, dengan judul penelitian “Ultrafiltration Nanocomposite Membranes Based On Chitosan-PEG-MWCNT-Graphene Oxides: Study on Antibacterial and Antifouling Properties”.

Sementara itu, Magdalena Rospita, CSR Manajer L’Oreal mengatakan bahwa, sejak tahun 2004 program ini dijalankan di Indonesia atas kerjasama yang didukung oleh Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO bersama Kemendikbud dengan tujuan untuk mengakui, menyemangati dan mendukung wanita di bidang sains. “Program ini sudah berjalan di Indonesia selama 15 tahun. Setiap tahun kita memberikan pendanaan senilai Rp. 95 juta kepada masing-masing empat pemenang,” ujar Magdalena.