ITB dan NUS Bahas Pendidikan Multidisiplin dan Sustainability Campus
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) dan National University of Singapore mengadakan diskusi pendekatan pendidikan multidisiplin dan sustainability campus, di Aula Barat ITB, Senin (11/09/2023). Pertemuan ini menghadirkan dua narasumber dari NUS, yakni Vice Dean Undergraduate Programmes College of Design and Engineering, Associate Professor Dr. Martin Lindsay Buist dan Academic Director, Global Relations Office Dept of Real Estate, Lum Sau Kim.
Dr. Martin Lindsay Buist menyampaikan materi mengenai pendidikan multidisiplin di College of Design & Engineering (CDE) NUS. Di CDE, mahasiswa ditawarkan spesialisasi disiplin ilmu yang berbeda, kurikulum yang berfokus pada masa depan, serta pengalaman pelatihan interdisipliner. Mahasiswa dibina menjadi talenta yang siap menghadapi masa depan dengan penelitian, inovasi, dan usaha dari berbagai disiplin ilmu.
Beliau menjelaskan bahwa kebutuhan tenaga kerja di masa depan meliputi care economy, digital economy, dan green economy.
Care economy meliputi kolaborasi dengan pemangku kepentingan, kesehatan dan kebugaran, perawatan preventif, dan solusi berbasis teknologi. Sementara itu, digital economy mencakup AI, pemasaran digital, keamanan dan risiko dunia maya, pengembangan perangkat lunak, hingga penerapan dan manajemen teknologi. Adapun bidang yang tergolong dalam green economy seperti pengelolaan lingkungan yang keberlanjutan, infrastruktur ramah lingkungan, hingga sirkularitas sumber daya dan dekarbonisasi.
Beliau mengatakan, dalam perkuliahan program sarjana terdapat 15 program yang bisa dipilih, salah satunya Maker Space yang terdiri atas pembelajaran ilmu teknik, arsitek, desainer, dan sebagainya.
Hasil yang diharapkan, mahasiswa dapat mengembangkan prototipe desain berdasarkan berbagai pandangan multidisiplin sehingga tercipta solusi yang paling ideal.
"They have room to explore different solutions but have guidance along the way," ujarnya.
Sementara itu, Direktur Akademik NUS, Lum Sau Kim membicarakan sustainability campus yang sejalan dengan Singapore Green Plan 2030 yang diluncurkan Pemerintah Singapura pada 2021.
Pendekatan holistik pun dilakukan NUS dengan berfokus pada disciplinary and transdisciplinary education, innovation-inspired research excellence for Asian settings, dan smart, safe, and sustainable campus.
"NUS has a strong offering of sustainability-themed programmes and modules, including 9 Bachelor’s programmes and 12 master’s programmes," ujarnya.
Beberapa contohnya seperti Bachelor in Environmental Studies, Bachelor in Engineering (Environmental Engineering), Master of Environmental Management, dan Master of Science in Sustainable and Green Finance.
"NUS also supports the government’s push for talent development to meet the demands of emerging jobs for the green economy," katanya.
Selain itu, sustainability juga berlaku dalam penelitian yang dilakukan oleh NUS. Beliau mengatakan bahwa para peneliti NUS menerapkan keahlian mereka untuk menciptakan solusi keberlanjutan inovatif yang dioptimalkan untuk lingkungan tropis, perkotaan, dan Asia.
"Ranging from Urban Heat Resilience, to Water Treatment and Purification, Agri-Tech, Nature-Based Climate Solutions, Coastal and Flood Protection, and Green Energy, in particular Hydrogen and Solar," katanya.
Terkait keberlanjutan operasional kampus dengan peta jalan hingga 2030, NUS berkomitmen dengan melakukan berbagai cara, seperti mengganti secara bertahap alat pendingin yang berpotensi menimbulkan pemanasan global yang tinggi, menggunakan kendaraan listrik di kampus, menanam 100.000 pohon, memaksimalkan listrik dari tenaga surya, mengurangi berbagai produk sekali pakai secara bertahap, dan sebagainya.
Di sisi lain, ITB menjadi salah satu perguruan tinggi yang memiliki sejumlah program Magister Multidisiplin, antara lain Teknologi Nano, Teknologi Kesehatan, Pendidikan Sains 4.0, Digital Technopreneurship, Smart-X, Material Baterai, Kebencaan, Pariwisata Hayati Berkelanjutan, dan Kepemimpinan Desain. Adapun program untuk Doktor Multidisiplin yakni Doktor Sains dan Teknologi Nano.
Tujuan dari program studi multidisiplin tersebut untuk mendorong pendidikan yang kolaboratif dan holistik. Diharapkan pendekatan multidisiplin tersebut dapat menjadi jawaban atas tantangan perkembangan zaman yang menuntut kolaborasi seiring semakin kompleksnya kebutuhan serta permasalahan yang dihadapi.
Reporter: M. Naufal Hafizh