ITB Gelar Workshop Pedoman Komunikasi Strategis dan Penanganan Krisis
Oleh Anggun Nindita -
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Direktorat Komunikasi dan Hubungan Masyarakat (DKHM) menggelar Workshop Pedoman Komunikasi Strategis dan Penanganan Krisis pada Kamis (18/9/2025) di Gedung Annex Lantai 3, Gedung Rektorat ITB, Bandung.
Workshop ini dihadiri oleh perwakilan unit kerja dan fakultas/sekolah di ITB untuk memperkuat kapasitas komunikasi institusi dalam menghadapi tantangan reputasi, sekaligus menyamakan langkah dalam menyusun narasi strategis yang berdampak.
Wakil Rektor Bidang Komunikasi, Kemitraan, Kealumnian, dan Administrasi ITB, Dr. Andryanto Rikrik Kusmara, S.Sn., M.Sn., menegaskan pentingnya memproduksi informasi yang bukan hanya informatif tetapi juga memiliki nilai keberdampakan.
“Informasi yang kita sampaikan harus memberi arti. ITB kaya akan bahan informasi, tinggal bagaimana kita membingkainya menjadi narasi yang tepat, yang dapat mendukung reputasi ITB dan pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan,” ujarnya.
Sementaa itu, Direktur Komunikasi dan Hubungan Masyarakat ITB, Dr. N. Nurlaela Arief, MAB., IAPR., menambahkan bahwa komunikasi krisis merupakan salah satu elemen penting dalam menjaga citra institusi.
“Dalam situasi krisis, yang terpenting adalah merespons dengan cepat, terbuka, dan konsisten. Komunikasi yang empatik dan berbasis data akan membantu menjaga kepercayaan publik sekaligus meminimalkan dampak terhadap reputasi ITB,” jelasnya.
Materi workshop mencakup strategi komunikasi organisasi, teknik penyusunan siaran pers yang efektif, serta langkah-langkah komunikasi krisis. Peserta diajak memahami prinsip komunikasi krisis yang cepat, terbuka, konsisten, empatik, dan akurat.
Selain itu, peserta mendapatkan pembekalan mengenai penggunaan media sosial sebagai kanal komunikasi yang responsif dan real-time, yang disampaikan oleh Kepala Seksi Hubungan Masyarakat dan Publikasi DKHM ITB, Margareth Tobing, S.IP., M.A.B. Peserta diajak memahami bagaimana menyusun pesan yang sederhana, humanis, dan mudah dipahami masyarakat, serta pentingnya memantau sentimen publik untuk mengelola persepsi.
Workshop juga membahas pembuatan press release dengan gaya piramida terbalik (5W+1H di awal), penggunaan bahasa yang jelas dan objektif, serta penyertaan data dan kutipan narasumber. Di sisi lain, konferensi pers dipaparkan sebagai sarana penyampaian isu secara langsung dan terbuka kepada media. Peserta mempelajari tahapan persiapan, mulai dari penyusunan undangan resmi, pemilihan narasumber, hingga pengelolaan sesi tanya jawab dan tindak lanjut pasca acara.
Dengan adanya pedoman ini, ITB berupaya membangun komunikasi yang lebih terarah, responsif, dan kolaboratif dengan media, sehingga setiap informasi yang disampaikan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.







