ITB Hadirkan Editor-in-Chief Plant Biology dalam Sharing Session “Behind the Scene with Journal Editors”

Oleh Merryta Kusumawati - Mahasiswa Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

BANDUNG, itb.ac.id - Direktorat Riset dan Inovasi (DRI) Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) menyelenggarakan Sharing Session Vol. 8 bertajuk “From Submission to Publication: Behind the Scene with Journal Editors” pada Jumat (31/10/2025) di Auditorium Gedung CRIMSE (Eks PAU), ITB Kampus Ganesha. Kegiatan ini juga menjadi momentum peluncuran Program CERDAS (Coaching Eksklusif Riset dan Draf Artikel Saintifik) yang bertujuan meningkatkan kapasitas sivitas akademika ITB dalam publikasi ilmiah bereputasi.

Belajar Langsung dari Editor-in-Chief Plant Biology

Acara ini menghadirkan Prof. Emeritus Dr. J. Theo M. Elzenga, Editor-in-Chief jurnal Plant Biology dari University of Groningen, Belanda, yang akrab disapa Prof. Theo. Kegiatan ini dimoderatori oleh Karlia Meitha, Ph.D., Dosen SITH ITB bidang Genetics and Molecular Biotechnology.

Prof. Theo menjelaskan proses dan tantangan di balik publikasi ilmiah bereputasi, mulai dari penyusunan naskah, proses peer review, hingga pengambilan keputusan akhir oleh editor. Ia menekankan bahwa hanya sebagian kecil naskah yang berhasil diterbitkan.

“Di Plant Biology, tingkat penerimaan hanya sekitar 15 persen. Jadi, naskah harus memiliki sains yang baik, orisinalitas tinggi, dan disajikan dengan cara yang menarik,” ujarnya.

Menurutnya, publikasi ilmiah bukan hanya tentang menyampaikan hasil penelitian, tetapi juga bagaimana membangun narasi ilmiah yang kuat agar pembaca memahami pentingnya riset tersebut.

“Seorang peneliti yang baik harus bersemangat terhadap hasil penelitiannya, dan pembaca juga harus bisa merasakan semangat yang sama,” ujarnya.

Waspadai Jurnal Predator dan Proses Review yang Tidak Sehat

Dalam sesi berikutnya, Prof. Theo menyoroti maraknya praktik jurnal predator yang mengeksploitasi sistem open access. Ia menegaskan bahwa proses publikasi yang terlalu cepat sering menandakan lemahnya penjaminan mutu.

“Jika sebuah jurnal menjanjikan waktu publikasi kurang dari 30 hari, itu patut dicurigai. Tidak ada cara yang jujur untuk melakukan peer review berkualitas dalam waktu sesingkat itu,” ujarnya.

Ia juga mengingatkan peserta untuk selalu memeriksa keanggotaan jurnal di Directory of Open Access Journals (DOAJ) dan memastikan transparansi proses editorial serta kejelasan dewan editor.

Menulis Artikel yang Menginspirasi

Prof. Theo turut memberikan tips praktis dalam menulis artikel ilmiah yang efektif. Ia menekankan pentingnya judul dan abstrak sebagai “gerbang utama” agar naskah dipertimbangkan oleh editor.

“Judul dan abstrak adalah bagian yang paling sering dibaca. Jika keduanya tidak jelas dan tidak menarik, kemungkinan besar editor tidak akan melanjutkannya ke tahap review,” tuturnya.

Beliau juga menambahkan bahwa penulis perlu memastikan hasil risetnya dapat memberikan konteks yang lebih luas dan relevan dengan pembaca lintas disiplin.

Ajakan untuk Aktif Menjadi Reviewer

Sebagai penutup, Karlia Meitha, Ph.D., mengajak para peneliti untuk membangun ekosistem publikasi yang sehat dengan turut berperan sebagai reviewer.

“Kalau kita ingin menerbitkan lima artikel setahun, maka kita juga harus bersedia menelaah lima naskah dari peneliti lain. Itulah bentuk kontribusi kita dalam menjaga integritas ilmiah,” ungkapnya.

Kegiatan Sharing Session Vol. 8 ini diikuti oleh dosen, asisten riset, dan mahasiswa pascasarjana ITB yang antusias berdiskusi mengenai strategi publikasi internasional. Melalui peluncuran Program CERDAS, DRI ITB berharap kegiatan ini dapat menjadi langkah konkret dalam membangun budaya publikasi ilmiah yang etis, kolaboratif, dan berdaya saing global.

Reporter: Merryta Kusumawati (Teknik Geodesi dan Geomatika, 2025)

#sdg 4 #quality education #sdg 9 #industry innovation and infrastructure #sdg 16 #peace justice and strong institutions #sdg 17 #partnerships for the goals