Prof. Bambang Brodjonegoro Paparkan Strategi Jitu Menuju Indonesia Maju dengan Ekonomi Sirkular

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D. saat memberikan materi pada Sabtu (4/5/2024) di Aula Barat ITB Kampus Ganesha. (Dok. Panitia M-Fest)

BANDUNG, itb.ac.id — Sampah masih menjadi persoalan pelik yang dihadapi bangsa Indonesia. Permasalahan sampah dianggap selesai ketika sampai di Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Sampah tersebut dibiarkan menggunung hingga melebihi kapasitas lahan yang terbatas. Gas metana dan zat beracun lain yang dihasilkan justru akan mencemari lingkungan. Belum lagi proses pengangkutan sampah menuju TPA yang belum optimal dan tergolong mahal. Sebagian sampah yang dihasilkan pun ikut terbawa ke badan perairan, mencemari badan sungai hingga lautan.

Berangkat dari kondisi Indonesia darurat sampah, sudah saatnya ekonomi sirkular diterapkan. Pemerintah Indonesia memiliki PR besar untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berkualitas seiring bergeraknya Indonesia menuju negara maju. Konsep ekonomi sirkular ini disampaikan oleh Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D.

“Dunia saat ini sedang gencar menyoroti sustainability dalam segala aspek. Dalam ekonomi sirkular, nilai dan umur suatu produk dimaksimalkan untuk mencegah produk tersebut berakhir sia-sia di TPA melalui tahapan 5R (Refuse, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery). Ekonomi sirkular tidak hanya memberikan kesempatan aktivitas ekonomi yang lebih hijau dan berkelanjutan, tetapi juga membawa dampak langsung penciptaan pendapatan dan lapangan kerja. Hal ini tentu membutuhkan peran mahasiswa yang bergerak di bidang mechanical engineering karena membutuhkan proses manufacturing dan processing,” ujarnya pada helatan Mechanical Talks M-Fest 2024.

M-Fest merupakan kegiatan besutan Himpunan Mahasiswa Mesin (HMM) ITB. Selain talk show, M-Fest memiliki rangkaian kegiatan lain, seperti kegiatan pelatihan (M-Prep), pengabdian masyarakat (M-Care), exhibition dan company session (M-Expo), dan kegiatan konferensi ketua Himpunan Teknik Mesin se-Indonesia (Solidarity Forever Summit).

Beliau memaparkan manfaat penerapan praktik sirkular ekonomi untuk bisnis. “Kita bisa mengurangi bahkan menghilangkan produk sekali pakai, mengurangi jumlah material yang digunakan, meningkatkan masa pakai produk, mengaktifkan proses remanufaktur produk atau suku cadang, memaksimalkan efisiensi sumber daya dalam proses manufaktur, regenerasi biomassa dan daur ulang material lainnya, hingga menyulap sampah menjadi energi,” katanya.

Namun, adopsi ekonomi sirkular tidak datang tanpa hambatan. Minimnya pemahaman mengenai ekonomi sirkular, mahalnya upfront costs untuk mengembangkan ekonomi sirkular, terbatasnya akses material daur ulang yang digunakan, ketidakpastian faktor regulasi, dan perilaku kompetitif dalam bisnis yang justru mencegah kolaborasi merupakan hambatan dalam penerapan ekonomi sirkular.

“Mahasiswa Teknik Mesin memiliki peran besar untuk mendorong penerapan sirkular di Indonesia. Kalian bisa mengembangkan teknologi baru untuk daur ulang material yang saat ini dianggap tidak bisa didaur ulang, mendesain proses yang minim penggunaan material dan konsumsi energi, serta merancang mesin yang lebih mudah untuk dipelihara dan diperbaiki,” katanya.

Prof. Bambang menekankan perlunya memperkuat penguasaan dalam bidang ilmu yang ditekuni. “Negara ini hanya bisa menjadi negara maju dan sejahtera jika para ahli dari berbagai disiplin ilmu mau saling berbicara, berbicara satu sama lain, dan merumuskan kebijakan yang bermanfaat untuk semua pihak. Ekonomi sirkular menjadi jawaban bagi kemajuan Indonesia di masa depan,” katanya.

Vincentius T. Najogi (Teknik Mesin, 2022), selaku ketua pelaksana, mengungkapkan harapannya agar kegiatan M-Fest bisa menjadi gerbang menuju pengembangan potensi internal maupun eksternal bagi para anggota HMM ITB.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)