ITB Kirimkan Dua Delegasi Handal Pada Ajang iCubesat 2015

Oleh Syardianto

Editor Syardianto

BANDUNG, itb.ac.id - Konferensi yang berjudul iCubesat 2015, atau Interplanetary Cubesat Workshop, di 170 Queen's Gate diselenggarakan pada Selasa dan Rabu (26-27/05/15) bertempat di Kampus Imperial College London, Britania Raya. Kegiatan tersebut merupakan kegiatan ke empat setelah sebelumnya telah sukses diselenggarakan di California Institute of Technology dan Massasuchette Instutute of Technology. Kegiatan ini diprakarsai oleh Michael Johnson, seorang praktisi Cubesat dari Imperial College yang juga memiliki proyek bernama Pocket Spacecraft yang akan diluncurkan dalam waktu dekat.

Konferensi ini  dihadiri oleh perwakilan instansi antariksa pemerintah seperti NASA Ames Research Center, NASA Langley Research Center, serta ESA; perusahaan dan industri teknologi antariksa seperti Airbus Space and Defense, Tyvak, Deep Space Industries, Space System Loral, Solar Sail dari Ecliptic Enterprise, dan Pocket Spacecraft; serta universitas dan/atau instansi akademik seperti Imperial College London SpaceLab (UK), Oxford Space System (UK), University of Central Florida (USA),Cranfield University (UK), Lulea University of Technology (Swedia), National University of Defense Technology (Cina), National University of South Wales (Australia), CNRS-Ecole Polytechnique (Perancis), Centre Spatial de Liege (Belgia), dan Institut Teknologi Bandung (Indonesia). Dalam Konferensi ini, terdapat 40 riset yang dipaparkan pada kegiatan ini termasuk diantaranya riset dari Indonesia yaitu delegasi ITB.

Pada kegiatan tersebut, setiap presenter dipersilakan untuk mempresentasikan riset penggunaan teknologi cubesat di instansi masing-masing baik dalam bentuk proposal riset, disertasi, mission status update, atau dalam bentuk lain. Yang menjadi pegangan dasar bagi mereka adalah bahwa teknologi Cubesat merupakan teknologi tepat guna yang dapat dikembangkan oleh siapapun, dan akan bermanfaat bagi orang banyak, kegiatan ini merupakan bagian dari kolaborasi pengembangan teknologi melalui pertukaran ilmu dan pengalaman satu sama lain.

Cubesat sendiri merupakan tren perkembangan teknologi antariksa baru dalam bentuk satelit berukuran sangat kecil (nano), di mana 1 unit Cubesat hanya memiliki dimensi 10 x 10 x 10 cm dengan berat tidak lebih dari 1,33 kg, serta memiliki fungsionalitas yang kurang lebih sama dengan satelit sesungguhnya. Cubesat banyak dikembangkan oleh universitas-universitas unggulan di Amerika dan Eropa, serta telah menjadi bisnis dan industri baru di dunia.

Pada kegiatan tersebut, perwakilan Institut Teknologi Bandung yaitu Ryan Fadhilah Hadi (Aeronotika Astronotika 2010), serta Emir Mauludi Husni Ph.D (Dosen Teknik Elektro ITB), mendapatkan kesempatan untuk mempresentasikan risetnya di bidang Cubesat. Pada kesempatan tersebut, Ryan mempresentasikan tugas akhirnya mengenai kerangka simulasi Cubesat untuk menganalisa kemampuan kendali sikap menggunakan reaction wheel. Alat yang dikembangkan juga dapat digunakan untuk mendemonstrasikan bagaimana kendali sikap pada satelit bekerja, untuk menarik minat pelajar dan mahasiswa dalam perkembangan teknologi satelit ini. Sedangkan Emir mempresentasikan risetnya di bidang pemanfaatan konfigurasi redundan sistem operasi linux pada on-board computer untuk Cubesat. Keberangkatan kedua perwakilan tersebut disponsori oleh Asosiasi Satelit Indonesia (ASSI) yang akhir-akhir ini juga telah memiliki ketertarikan untuk mengedepankan kemandirian bangsa dalam penguasaan teknologi antariksa.