ITB Talks: Mendorong Inovasi dan Pengabdian Masyarakat Sebagai Wadah untuk Berkarya
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) menggelar “ITB Talks: Upaya ITB Menjadi Tempat Berkarya Terbaik”, pada Kamis (18/1/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Bandung.
Forum ini menjadi ajang bagi para pemangku kepentingan untuk berbagi pengalaman, wawasan, dan gagasan dalam merajut masa depan pendidikan di ITB, sekaligus memperkuat kolaborasi dan meningkatkan kualitas berkarya.
Salah satu materi yang disampaikan adalah mengenai proyeksi terkait inovasi serta pengabdian masyarakat ITB pada tahun 2024 oleh Wakil Rektor Bidang Riset dan Inovasi (WRRI), Prof. Ir. I Gede Wenten, M.Sc., Ph.D., yang diwakili oleh Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB, Dr.Ir. Yuli Setyo Indartono.
Dalam konteks pendidikan tinggi di Indonesia, Dr. Yuli menyoroti peran dosen yang melibatkan Tridarma Perguruan Tinggi, yaitu pendidikan, penelitian, dan pengabdian Masyarakat. LPPM yang berada di bawah kantor WRRI hadir sebagai katalis dalam mendorong inovasi dan sebagai wadah untuk berkarya.
“Kantor WRRI memberikan berbagai fasilitas dan juga mengarahkan, dan kita sudah menyiapkan banyak sekali skema” ucap Dr. Yuli.
Selain itu, LPPM juga mendorong dosen ITB untuk aktif berkontribusi hingga ke tingkat internasional, sebagai upaya untuk meningkatkan citra dan reputasi ITB secara global.
“Research kita arahkan supaya kontribusi ITB itu besar bagi dunia,” tambah Dr. Yuli.
Dirinya berharap output dari penelitian yang dilakukan oleh dosen ITB dapat dipublikasikan hingga taraf internasional, seperti kategori Q1. Publikasi didorong demikian agar tingkat visibility dan penggunaan yang terkuantifikasi pada sitasi semakin tinggi yang berarti semakin banyak karya ITB yang digunakan di dunia.
Dalam konteks inovasi, beliau menekankan pentingnya inovasi yang berbasis keilmuan yang kuat. Hal ini ditekankan melalui program penguatan inovasi ITB. Dosen di ITB didorong untuk berinovasi secara terarah, bukan sekadar mencoba-coba.
Sementara itu, untuk pengabdian masyarakat, programnya diarahkan agar tidak hanya di daerah Jawa Barat, tetapi juga ke daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). “Kita support dosen-dosen ITB dan mahasiswa untuk datang ke sana, untuk meningkatkan kapasitas masyarakat di daerah itu,” jelasnya.
Pada 2023, LPPM melaksanakan sejumlah program pengabdian masyarakat di 74 daerah 3T, termasuk diantaranya 30 program yang bekerjasama dengan Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi (KEMENDESA) melalui aplikasi Desanesha.
Aplikasi Desanesha ini dapat memudahkan Kepala Desa menyampaikan masalah nyata di lapangan terkait Indikator Desa Membangun (IDM) kepada pakar ITB. Kepala Desa dapat menjelajahi berbagai karya penerapan sains, teknologi, seni, bisnis dan humaniora dalam pengabdian masyarakat ITB di perdesaan seluruh Indonesia.
Program dari Kantor WRRI juga telah menyasar ke Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan sekitar 14 program khusus di wilayah tersebut.
“Seperti Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) yang banyak melakukan program terkait dengan pertanian dan kehutanan di IKN, juga bahkan dari Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) oleh Otorita IKN diminta terlibat untuk memberikan program-program pelatihan dalam meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia yang ada di IKN,” lanjutnya.
“WRRI memfasilitasi dan mengarahkan supaya teman-teman ITB bisa memaksimalkan Tri Dharmanya dan bermanfaat bagi masyarakat dunia dan Indonesia,” pungkas Dr. Yuli.
Reporter : Satria Octavianus Nababan (Teknik Informatika, 2021)