ITB Tembus Semi-Finalist Kompetisi Pemodelan Asuransi Tingkat Dunia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana



BANDUNG, itb.ac.id –  Sebuah pencapaian manis berhasil ditorehkan oleh tim Fraktal dari Institut Teknologi Bandung dalam kompetisi internasional pemodelan asuransi tahun 2019. Mereka masuk sebagai semi-finalist atau 10 besar dalam kompetisi yang diselenggarakan oleh SoA (Society of Actuaries).

"Kita sebenarnya sudah ikut kompetisi ini sejak 2017. Namun, baru sekarang bisa jadi bagian dari semi-finalist," ucap Dr. Sapto Wahyu Indratno selaku pembimbing tim saat diwawancara oleh reporter Kantor Berita ITB Kamis (25/4/2019) lalu. Diakuinya, ini merupakan sebuah pencapaian penting bagi jurusan Aktuaria di ITB sebab kompetisi yang bergengsi di bidangnya.

Dr. Sapto menambahkan, bahwa tujuan dari keikutsertaan mahasiswanya dalam kompetisi tersebut adalah untuk mengaktualisasikan diri dalam bidang aktuaria. "Kompetisi pemodelan asuransi ini sangat berkaitan dengan aktuaria, ilmu yang juga sangat berkembang di ITB, kita perlu tempat untuk membuktikannya, " lanjut Sapto. Aktuaria sendiri sampai saat ini masih menjadi fokus dari program pasca sarjana di Matematika ITB. Padahal, lomba ini hanya boleh diikuti oleh mahasiswa sarjana. 

"Itu makanya, saya memilih anak-anak sarjana yang memang tertarik dalam dunia aktuaria, khususnya mereka yang mengambil mata kuliah pasca sarjana untuk bidang ini dan memang terlihat berpotensi, " ucap dosen Matematika ITB tersebut. Para mahasiswa yang dipilih untuk masuk di Tim Fraktal adalah Andreas Sugeng, Natanael Abraham, M. Fadhel Atras, Patrick Jason, dan Regina Raissa.

Untuk tahun ini, peserta diminta untuk berkompetisi dalam melakukan analisis biaya premi yang seharusnya dibayarkan seseorang kala mengasuransikan mobil tanpa awak (mobil otomatis). Hal-hal futuristik ini yang menjadi tantangan dalam kompetisi. "Sebenarnya kan kedepannya ini sangat mungkin terjadi ya (adanya mobil tanpa awak), lalu ini artinya asuransi juga akan mengalami perubahan besar, penentuan biaya premi akan bertambah kompleks, makanya kompetisi ini ingin coba menggali ide-ide inovatif nan mutakhir dari para mahasiswa, " jelas Sapto meyakinkan. 

Salah satu punggawa Tim Fraktal, Regina, mencoba untuk menjelaskan apa sebenarnya ide yang mengantarkan mereka menjadi semi-finalist. "Kami disini mengajukan biaya premi dengan analisis non-parametrik yang simpel tapi efisien, " katanya. Simpel dan efisien di sini didasari oleh analisisnya yang hanya cukup menggunakan prediksi yang linear dan rataan berbobot. Tim juga tetap memasukkan pertimbangan akan inflasi dan volume kendaraan di jalan nanti pada masa depan. Namun demikian, bagi Regina sendiri, belum berhasilnya tim melenggang sampai final karena model yang mereka buat masih perlu pengembangan. 

Kedepannya, ITB akan tetap mengirimkan perwakilan dalam kompetisi ini dan harus tampil dengan keadaan yang lebih siap lagi. "Kita melihat ada tren positif, jadinya harus terus dikembangkan, " ujar Sapto seraya menunjukkan senyumnya yang optimis. "Apalagi, tidak lama lagi, kita punya program studi Aktuaria untuk sarjana, ini pasti akan melahirkan SDM yang lebih mumpuni lagi," tambah Sapto sambil bersiap lagi untuk melanjutkan aktivitas lainnya.

Reporter: Ferio Brahmana (Teknik Fisika 2017)