Jadi Tempat Kejuaraan Paralayang se-ASEAN, ITB Bantu Optimalkan Potensi Desa di Magetan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

Foto: Hafsah Restu Nurul Annafi

BANDUNG, itb.ac.id – Kecamatan Parang, Kabupaten Magetan, Jawa Timur, menjadi tuan rumah dalam ajang kejuaraan paralayang se-ASEAN yang akan dilaksanakan Agustus 2023 mendatang. Kawasan Gunung Blego akan menjadi area take-off paralayang, yang di bawahnya mencakup empat desa yaitu Desa Ngunut, Desa Trosono, Desa Bungkuk, dan Desa Sayutan.

Ingin memanfaatkan momen ini, para Kepala Desa meminta bantuan ITB untuk menggali potensi desa agar dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. Pengajuan ini akhirnya diterima oleh Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) ITB melalui Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par) ITB. Melalui pendekatan bottom up tersebut, P-P2Par melakukan penelitian di keempat desa sejak tahun 2022 dalam rangka kejuaraan paralayang tingkat nasional.

Pada tahun ini, P-P2Par kembali ke Magetan untuk melanjutkan kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat. Kunjungan awal dilakukan pada 14-16 Mei 2023 oleh Dr. Ir. Heru Purboyo Hidayat Putro, D.E.A., selaku dosen Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) sekaligus ketua P-P2Par saat ini; Abadi Raksapati, S.S., M.Sc, Rikeu Rugarmika, S.T., dan Syafira Ayudarechta Tara W, S.Ant. sebagai peneliti di P-P2Par, serta Hafsah Restu Nurul Annafi, mahasiswa Perencanaan Wilayah dan Kota 2019 yang sedang mengambil program percepatan pada program studi Magister Perencanaan Kepariwisataan.

Dalam kunjungan awal tersebut, Tim P-P2Par melakukan survei lapangan ke Desa Ngunut, Desa Trosono, Desa Bungkuk dan Desa Sayutan, termasuk meninjau langsung lokasi yang menjadi landasan take-off dan beberapa titik landing paralayang. Selain itu, juga dilakukan FGD bersama perangkat desa dan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) untuk mengevaluasi pelaksanaan event paralayang tahun lalu, serta rencana yang akan dilakukan desa dalam rangka kejuaraan paralayang tahun ini.

Sesi FGD bersama masyarakat dan pemerintah desa. (Foto: Hafsah Restu Nurul Annafi)

Berdasarkan hasil FGD dan observasi, Tim P-P2Par menemukan bahwa alam yang dimiliki oleh keempat desa sangat berpotensi untuk dijadikan daya tarik wisata. Namun, masalah utama yang terjadi ialah masyarakat, termasuk perangkat desa, kurang percaya diri dalam menyambut wisatawan dan atlet paralayang di desa mereka. Selain itu, beberapa bentuk fasilitas pendukung pariwisata masih kurang.

Sumber foto: republika.co.id

“Sebaiknya kita berangkat dari apa yang kita punya, bukan dari apa yang kita tidak punya. Kita optimalkan potensi desa ini, jangan malah fokus dengan kekurangannya,” ungkap Abadi Raksapati dalam menanggapi rasa kurang percaya diri para perangkat desa.

Untuk itu, Tim P-2Par mengusulkan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam rangka menyambut kejuaraan paralayang tahun ini. Beberapa di antaranya yaitu pelatihan homestay; pemberian signage multilanguage pada homestay dan beberapa titik lokasi yang menjadi daya tarik wisata; memproduksi souvenir dan makanan/minuman yang mencirikan khas daerah; serta pembuatan alur dan paket wisata bagi para wisatawan maupun atlet paralayang yang berkunjung.

Kunjungan awal ini akan dilanjutkan dengan kunjungan kedua yang dilaksanakan Juli 2023 mendatang. Kepala Desa Ngunut, Sauji, sekaligus penyedia homestay untuk Tim P-2Par selama di Magetan, antusias menantikan kunjungan berikutnya.

“Saya berharap dengan kedatangan ITB ini mampu membantu kami untuk lebih siap, serta masyarakat menerima banyak manfaat dengan adanya event paralayang tahun ini. Sampai bertemu bulan Juli depan,” ujar Sauji pada hari terakhir kunjungan.

Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota 2019)