Jaga Kesehatan Mental Mahasiswa, SBM ITB dan IPK Indonesia Berkolaborasi dalam Acara 'Sesi Psikologi Gratis’
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) bersama dengan Ikatan Mahasiswa Kewirausahaan (IMK) ‘Artha’ dan Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia mengadakan acara bertajuk “Sesi Psikologi Gratis”, Senin (21/6/2023).
Acara ini bertujuan untuk mengatasi tantangan kesehatan mental yang dihadapi oleh mahasiswa dan meningkatkan kualitas hidup mereka.
Mengingat tekanan akademik yang semakin tinggi serta tuntutan kehidupan sehari-hari, kebutuhan mahasiswa akan dukungan psikologis semakin meningkat. Namun, biaya konsultasi yang tinggi dan stigma terkait dengan mencari bantuan psikolog menjadi penghalang utama bagi mahasiswa. Dalam rangka merespons tantangan ini, SBM ITB, IMK 'Artha', dan IPK Indonesia menggagas acara "Sesi Psikologi Gratis" yang memberikan akses mudah dan biaya nol terhadap layanan psikologi untuk seluruh mahasiswa SBM ITB.
Ketua Pelaksana Acara, Frederika Amelia, menjelaskan bahwa kesehatan mental merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan mahasiswa. Dalam situasi yang penuh tekanan seperti ini, mahasiswa membutuhkan dukungan serta pemahaman untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi.
“Dengan acara ini, kami berharap dapat memenuhi kebutuhan mereka dan mendorong kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa," ujar Frederika.
Kolaborasi antara SBM ITB dan IPK Indonesia memperlihatkan komitmen yang kuat dalam meningkatkan kesejahteraan mahasiswa melalui pendekatan kesehatan mental. Kedua lembaga ini telah menjalin kerja sama yang solid, memperkuat visi mereka dalam memajukan pendidikan Indonesia dan memastikan kesejahteraan mahasiswa menjadi prioritas utama.
Seorang Psikolog yang terlibat dalam acara ini, Ermilda, menekankan pentingnya konsultasi dengan seorang ahli psikologi. Menurutnya konsultasi dengan psikolog tidak hanya diperlukan ketika menghadapi masalah mental yang parah. Tetapi juga membantu individu dapat mengembangkan potensi mereka.
“Perubahan perilaku yang mengganggu kehidupan sehari-hari dapat menjadi pertanda bahwa seseorang memerlukan bantuan profesional. Terkadang, kita tidak menyadari kondisi kita sendiri, tetapi lingkungan sekitar sering peka terhadap perubahan tersebut. Dalam situasi seperti ini, peran seorang ahli psikologi sangatlah penting," jelas Ermilda.
Salah satu peserta, Luthfi Rahman, menyampaikan pengalamannya yang berhubungan dengan kesehatan mental. "Saat ini, saya sedang menghadapi banyak masalah dan merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda dalam diri saya," ucap Luthfi.
Ia juga mengungkapkan bahwa acara ini memberikan bantuan yang signifikan. "Setelah mengikuti sesi ini, saya merasa lebih baik dan lebih memahami akar permasalahan yang saya hadapi saat ini," tambahnya.
Lutfi berharap acara sesi konsultasi gratis ini semakin sering diadakan. “Walaupun kini kesadaran akan kesehatan mental sudah meningkat, masih banyak orang yang takut untuk mendatangi psikolog. Bahkan sering kali menyimpulkan bahwa mereka mengalami masalah mental tertentu. Padahal setelah mendapat konsultasi dengan psikolog, ternyata tidaklah demikian,” jelasnya.
Sementara itu, Frederika pun berharap acara ini bukan hanya menjadi langkah awal, tetapi juga menjadi langkah berkelanjutan dalam meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa.
Melalui inisiatif ini, diharapkan semakin banyak acara serupa yang diadakan agar mahasiswa dapat dengan mudah mengakses layanan psikologi yang dibutuhkan tanpa khawatir mengenai biaya dan stigma.
Hal ini menjadi langkah positif dalam membangun komunitas akademik yang peduli terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan mahasiswa serta membantu mengubah persepsi masyarakat tentang pentingnya perawatan kesehatan mental.
"Kami berharap kegiatan ini dapat dilaksanakan secara rutin di masa depan untuk terus meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesehatan mental di kalangan mahasiswa. Kolaborasi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa, institusi, dan profesi terkait, terutama para psikolog klinis, dalam memajukan pendidikan Indonesia menuju keunggulan,” pungkasnya.
Reporter: Fairuuz Fawwas Alfarizi Tantuayo (Kewirausahaan, 2024)