Unit Kebudayaan Jepang ITB Selenggarakan Festival Hotaru 2015

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor Hafshah Najma Ashrawi

BANDUNG, itb.ac.id - Bagi setiap orang, masa muda merupakan masa-masa terbaik yang menyenangkan untuk dikenang. Lebih dari itu, masa muda yang berbeda dengan saat ini terkadang memberikan kenangan unik dan membekas. Seakan-akan, siapapun yang terlelap dalam nostalgia masa belia ingin mengulang masa itu sekali lagi.  Untuk memuaskan rasa rindu tersebut, Unit Kebudayaan Jepang (UKJ) ITB kembali menggelar festival Hotaru 2015 dengan tema ''Forever Young'' pada Minggu (31/5/2015). Acara yang ramai dihadiri peminat budaya negeri sakura ini diadakan di beberapa area terpisah di ITB diantaranya adalah Lapangan Basket, Lapangan Cinta, dan Lapangan Parkir Sipil serta Basement Laboratorium Teknologi VIII ITB.

Budaya Jepang sebagai Alat Nostalgia dan Khazanah Bermanfaat

''Kita ingin mengajak seluruh pendatang untuk merasakan lagi masa-masa mudanya,'' tukas Iman Tulus Bonang Hutagalung (Teknik Telekomunikasi ITB 2013) selaku Ketua Pelaksana Hotaru 2015. Ia menilai tema yang ditentukan sangat cocok dengan latar belakang UKJ. Tidak dapat dipungkiri bahwa sejak kecil hingga sekarang, memori kaum muda saat ini banyak diwarnai dengan berbagai unsur-unsur Jepang seperti kartun, permainan, musik, dan berbagai budaya pop lainnya. Namun menurut Iman, refleksi kembali seluk beluk budaya Jepang dalam Hotaru bukan sekedar untuk kesenangan fanatik peminatnya, apalagi bentuk fenomena budaya jepang yang populer belakangan ini.

Lebih dari itu, Hotaru dimaksudkan Iman untuk memperkaya khazanah budaya Jepang secara lebih mendalam. Melalui acara seperti Hotaru, orang-orang juga diharapkan agar lebih akrab dan percaya diri ketika mengunjungi Jepang untuk berbagai keperluan, termasuk pendidikan. ''Kita berusaha menghilangkan image tersebut, bahwa kita tetap bisa menghargai budaya sendiri dan juga memperkaya diri dengan mempelajari budaya lainnya,'' tegas Iman.

Hotaru 2015, Pertama dan Beda

Dalam kemeriahannya, festival yang diramaikan dengan beragam hiburan seperti Cosplay Competition, Obake House, Wahana Massa, Stan Komunitas, dan Doujin Circle serta Band & Dance Performance ini juga menerapkan konsep yang unik selama keberjalanannya. Ada fitur Roleplay yang membedakan Hotaru 2015 dengan acara sejenis lainnya. Dalam skema Roleplay Hotaru ini, duo pembawa acara (MC) berperan sebagai Kyo dan Shu yang memiliki berbagai Quest hingga akhir acara. Setiap Quest yang terlaksanakan akan memberikan jalan cerita yang berbeda dan terhubung dengan salah satu peran lain, Hiyoko. Dari hal tersebut, akan terbentuk berbagai alternative ending untuk festival Hotaru itu sendiri. ''Hotaru itu satu-satunya event japan festival yang mengimplementasikan konsep roleplay,'' tekan Iman.


Hotaru merupakan salah satu festival terbesar yang diselenggarakan UKJ ITB setiap tahunnya. Pada 2015, festival yang kaya akan budaya dan tradisi Jepang ini dijadikan sebagai main event dari Japan Fair ITB 2015 yang diawali dengan Nihongo Battle pada dua bulan sebelumnya. Nihongo Battle sendiri merupakan bentuk kompetisi yang mempertandingkan siswa-siswi SMA se-Jawa Barat. Iman pun terlihat sangat antusias dan puas dengan acara yang ia selenggarakan bersama timnya. Acara yang berlangsung meriah ini dirasa sukses karena selain banyaknya pengunjung yang hadir juga diiringi konsistensi animo para pengunjung yang bertahan hingga rangkaian acara selesai. Iman berharap dengan acara seperti Hotaru, minat orang-orang tentang Jepang semakin tinggi bukan hanya sekedar mengetahui permukaan budayanya namun juga mendalam tentang tradisi yang unik dan baik untuk dipelajari.


Bayu Prakoso

ITB Journalist Apprentice