Jurnalisme untuk Kemahasiswaan: Beritakan Aktivitasmu!

Oleh Hastri Royyani

Editor Hastri Royyani

BANDUNG, itb.ac.id - "Dinamika organisasi kemahasiswaan di Institut Teknologi Bandung yang tinggi menyajikan ide-ide segar dan semangat yang tak pernah surut untuk berkarya dari para mahasiswa. Namun, seluruh hal tersebut acap kali tidak terpublikasi dengan baik pada pasca pelaksanaannya," tutur Koordinator Workshop Jurnalistik Kantor Berita ITB Fathir Ramadhan perihal latar belakang workshop.
Dengan usung tema "Jurnalisme untuk Kemahasiswaan: Beritakan Aktivitasmu!", workshop ini terselenggara pada Sabtu (26/02/11) bertempat di Ruang Multimedia Comlabs ITB diikuti oleh perwakilan himpunan dan unit di ITB. Fathir berujar, "Website organisasi itu media yang potensial karena menghubungkan aktivitas organisasi dengan pemangku kepentingan di luar ITB seperti pemerintah, pelaku bisnis, alumni, dan masyarakat umum. Namun, belum termanfaatkan dengan maksimal."

Kepala Unit Sumber Daya Informasi (USDI) ITB Basuki Suhardiman mengemukakan hal senada, "Website ITB dengan konten yang dikelola Kantor Berita ITB tidak mungkin memuat seluruh aktivitas mahasiswa yang beragam." Konsep citizen journalism belum dikenal oleh civitas akademika di ITB dan workshop ini awal untuk membuat aktivitas di ITB, baik itu mengenai riset dan kegiatan mahasiswa mulai untuk terpublikasi baik melalui website ITB maupun organisasi.

"Seluruh civitas akademika ITB bisa mempublikasi riset atau aktivitas mereka melalui website ITB,"  ujar Manajer Umum Kantor Berita ITB Alit Dewanto. Dengan memanfaatkan menu kirim berita di website ITB, berita tersebut akan masuk ke meja redaksi tim Kantor Berita ITB.

Jeli Melihat Hal Bernilai Berita

Konten materi yang tersaji dalam workshop ini pun berkaitan dengan aktivitas jurnalistik. Bekerja sama dengan GATRA, hadir Kepala Pusat Liputan GATRA Hidayat Gunadi dan Redaktur GATRA Carry Nadeak yang membekali peserta dengan kemampuan menulis berita.

"Seorang jurnalis harus jeli melihat hal yang memiliki nilai untuk diberitakan," papar Gunadi. Contohnya ketika terjadi tsunami di Samudera Pasifik dengan tanpa korban jiwa itu hal biasa dan tidak memiliki nilai berita. Lain halnya dengan tsunami yang menimpa pemukiman padat penduduk dengan menimbulkan kerusakan dan korban, lanjutnya.

Gunadi menuturkan, "Dalam konteks dunia akademisi seperti di ITB, riset dan kegiatan mahasiswa yang positif patut untuk diberitakan. Karena masyarakat menjadi tercerdaskan dengan hal-hal yang terjadi di lingkungan ITB."

Dalam peliputan berita seorang jurnalis juga perlu memiliki teknik wawancara, hal ini dipaparkan menarik oleh Carry Nadeak. "Suatu wawancara dikatakan sukses jika mampu memperoleh semua informasi yang dibutuhkan berita dengan membuat narasumber nyaman selama wawancara," jelas Carry.

Fathir menjelaskan workshop ini sejatinya ingin mengikis perasaan belum memiliki skill jurnalistik memadai yang menghambat pengembangan website organisasi. "Hingga pada akhirnya diharapkan bermunculan website organisasi aktif di ITB," harap Fathir.