Mahasiswa Pers Diskusikan Jurnalisme Kampus

Oleh Fathir Ramadhan

Editor Fathir Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Industri pers saat ini berada pada masa transisi. Alih-alih mempertahankan cara-cara konvensional (media cetak, televisi, dan radio), kini pers hadir dalam media intenet. Peliputan pun disajikan tidak hanya dalam satu bentuk, namun sudah berupa integrasi antara teks, gambar, dan suara. Bagi mahasiswa pers, majunya industri pers nasional dan konvergensi media berujung pada pertanyaan: Dimanakah peran pers kampus saat ini? Bentuk apakah yang tepat bagi pers kampus? Mediamorphosis 2011, Sharing dan Talkshow Mahasiswa Pers Kota Bandung mencoba mendiskusikan jawabannya.

Mediamorphosis 2011

Boulevard ITB sebagai penyelenggara acara adalah unit kegiatan mahasiswa yang selama ini memfokuskan aktivitasnya untuk menghasilkan produk jurnalisme dalam bentuk cetak. "Untuk merespon tuntutan jurnalisme yang meningkat, kami mulai mempertimbangkan untuk mengintensifkan media online," jelas Ketua Pelaksana Mediamorphosis 2011, Muhammad Ramadhona.

Ditanya mengenai latar belakang penyelenggaraan acara, Rama menuturkan, "Kewajiban pers, pada hakikatnya adalah memberitakan yang pantas dan benar. Namun seiring waktu, tuntutan terhadap pers tidak hanya memberitakan secara pantas dan benar, namun juga secara aktual dan up to date."

Namun, untuk dapat mengaktifkan media online, pers kampus membutuhkan konsep dan persiapan yang matang. Untuk alasan inilah Boulevard ITB menyelenggarakan Mediamorphosis 2011. "Kami ingin mendiskusikan dengan pakar dan dengan mahasiswa pers Bandung apakah keputusan untuk mengaktifkan media online sudah tepat. Jika sudah tepat, langkah apa yang perlu dipersiapkan selanjutnya?" ungkap Rama, yang saat ini merupakan mahasiswa Teknik Perminyakan ITB 2009.

Mediamorphosis 2011 menghadirkan Bagir Manan, Ketua Dewan Pers Indonesia, Bambang Harymurti, editor Majalah Tempo, serta Donny Budhi Utomo, perwakilan detik.com. Bertempat di Aula Timur ITB pada Sabtu (05/02/11). Acara yang terbuka untuk umum ini turut mengundang mahasiswa pers dari perguruan tinggi Bandung, unit media ITB, serta perwakilan divisi media himpunan jurusan ITB.

Bagir Manan memberikan materi-materi fundamental, seperti kode etik jurnalistik dan standar penulisan wartawan. Donny Budhi Utomo membahas antusiasme cybermedia di Indonesia dan efeknya terhadap masyarakat. Bambang Harymuti mengetengahkan karakteristik pers mahasiswa.

Media Online Kampus untuk Pers Mahasiswa?

Bambang Harymurti menegaskan bahwa pers mahasiswa memiliki kekuatan tersendiri. "Idealisme, gagasan baru, dan semangat anak muda merupakan ciri khas pers mahasiswa," jelas Bambang. "Sejarah telah mencatat peran pers mahasiswa dalam kemerdekaan Indonesia, transisi Orde Lama ke Orde Baru, serta lahirnya Reformasi," lanjutnya.

Mahasiswa memiliki modal untuk menyemaikan disruptive information, membawa masyarakat Indonesia ke arah yang lebih baik. Namun pers mahasiswa memiliki kendala tersendiri, yaitu terbatasnya modal dan terbatasnya sumber daya. Hal ini, menurut Bambang, membuat semangat jurnalisme mahasiswa menjadi lesu. "Alih-alih menyalurkan idealisme dan kreativitas dalam medianya, jurnalis kampus menghabiskan banyak waktu dan sumber daya untuk mencari solusi mengatasi mahalnya biaya percetakan," tambahnya.

Bambang lalu memaparkan beberapa solusi yang dapat ditempuh oleh pers mahasiswa. "Manfaatkan kemudahan dan fleksibilitas yang ditawarkan oleh media online. Manfaatkan blog, sistem operasi open source, dan integrasi antara gambar, suara, dan teks, demi menghasilkan peliputan yang up to date dan berkualitas," tegas Bambang

Dengan citizen journalism, siapapun, kapan pun, dimana pun dapat menjadi jurnalis. Penerapan citizen journalism dapat diwujudkan dengan menyediakan portal informasi tersendiri agar masyarakat umum dapat berkontribusi memberikan peliputan dan reportase. Modus ini dapat mengkompensasi keterbatasan sumber daya pers mahasiswa.