Kenalkan Industri Halal, KAMIL Pascasarjana ITB Gelar Adiwidya 5

Oleh Gilang Audi Pahlevi

Editor Gilang Audi Pahlevi

tagline

BANDUNG, itb.ac.id- Geliat industri halal tengah meningkat. Negara-negara destinasi wisata utama seperti Jepang, Korea Selatan dan Thailand semakin memantapkan pelayanan wisata halal. Sayangnya, Indonesia sebagai negara dengan penduduk muslim terbanyak justru tidak menjadi kblat dalam dunia wisata halal. Dengan mengangkat topik ini, Keluarga Mahasiswa Islam (KAMIL) Pascasarjana ITB mengadakan Adiwidya ke-5 pada Selasa (31/10/2017). Acara dengan “Innovation in Halal Industry towards Indonesia as The World Halal Lifestyle Center” ini dilangsungkan di Aula Timur ITB dan mengundang berbagai pihak seperti akademisi, pemerintah dan praktisi industri halal. Rangkaian acara seperti seminar nasional, konferensi paper, bussiness plan pitching, dan halal product expo membuat pelaksanaan Adiwidya terasa semarak.


Bicara industri halal, maka konteks yang dibawa bukan selalu soal makanan dan minuman. Berdasarkan rancangan strategis pemerintah terkait industri halal, setidaknya ada 10 aspek halal yakni makanan, budaya, pariwisata, farmasi, fashion, media, kosmetik, finansial, kebugaran, dan pendidikan. Melihat luasnya spektrum halal yang ingin diimplementasikan, maka banyak pihak yang pasti akan terlibat. Peran pemerintah dalam perkembangan industri ini dipaparkan oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia dan Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal yang berfokus pada implementasi UU no.3 Tahun 2014. Kemudian, Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E selaku Ketua Indonesia Halal Lifestyle Center menjelaskan konsep, peluang dan bisnis halal.

Namun, peran pemerintah tidaklah cukup apabila pertumbuhan industri halal tidak didorong dengan gerakan dari masyarakat itu sendiri, utamanya sebagai pelaku bisnis halal. Maka dalam sesi lainnya di seminar nasional, Elidawati Alioemar,CEO elcorps Group dan Muhammad Senoyodha, CEO PT Astrajingga menjelaskan formulasi, strategi industri halal dan tips untuk mendapatkan investor pada bisnis halal yang baru berdiri. Niat untuk mendorong keinginan berwirausaha dalam sektor industri halal juga mewiujud dalam bussiness plan pitching. Pada acara tersebut, startup-startup berbasis industri halal mempresentasikan bisnisnya di depan beberapa investor dan lembaga inkubator kewirausahaan seperti LPiK ITB..

Antusiasme masyarakat terhadap acara ini tergolong tinggi. Setidaknya ada 350 orang peserta yang memadati Aula Timur untuk mengikuti rangkaian acara Adiwidya. Hal tersebut sangat membantu tujuan acara ini, yakni untuk mensosialisasikan ke seluruh elemen masyarakat bahwa industri halal adalah sebuah kebutuhan bukan sekadar tren, dan dalam hal itu Indonesia memiliki potensi yang sangat besar. Besar harapan, di masa mendatang Indonesia dapat menjadi kiblat industri halal dunia. Cita-cita tersebut hanya akan tercapai apabila kebijakan pemerintah, riset akademisi dan inovasi praktisi dapat terkolaborasikan dengan baik.