Kesehatan Mental yang Seimbang Melalui Pengelolaan Diri

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Memperingati Hari Kesehatan Mental Dunia yang diadakan setiap 10 Oktober, ITB mengundang Dr. Bagus Takwin, M. Hum. sebagai narasumber di Studium Generale dengan topik “Mengelola Diri, Memelihara Kesehatan Mental yang Baik”, Rabu (13/10/2021).

Dia merupakan Dosen dan Ketua Laboratorium Kognisi, Afek dan Well-being Fakultas Psikologi Universitas Indonesia yang banyak menulis di berbagai media massa dan merilis buku psikologi, filsafat, seni, dan kebudayaan.

Menurut WHO, kesehatan mental dikaitkan dengan well-being, di mana pendefinisiannya fokus terhadap aspek positif berupa kesejahteraan dan kebahagiaan. Namun, istilah ini kurang tepat bagi mereka yang sedang mengalami pergumulan. Karena kebanyakan orang merasa emosi baik maupun buruk, pengartiannya diubah menjadi “keseimbangan internal yang dinamis”. Keseimbangan ini mendorong orang-orang untuk keluar dari keterpurukan dan menggunakan kemampuan mereka selaras dengan nilai masyarakat.

Mencapai keseimbangan harmonis tergantung pada kemampuan individu, yaitu keterampilan kognitif dan sosial dasar untuk mengenali, mengekspresi, memodulasi, dan berempati dengan emosi diri sendiri maupun orang lain. Selain itu, kapabilitas ini menambah resiliensi seseorang dalam mengatasi peristiwa-peristiwa hidup yang sulit. Nilai-nilai universal pun dapat diakui untuk saling peduli sesama, yang berupa menghormati and merawat diri sendiri, orang lain, makhluk hidup, dan lingkungan sekitar.

Kunci penting bagi kesehatan mental adalah pengelolaan diri yang dapat mempengaruhi pola pikir, perasaan, dan tindakan yang diambil. Sikap tersebut dapat mengatur kognisi, emosi, dan tingkah laku seseorang untuk beradaptasi sesuai tuntutan lingkungan yang selalu berganti. “Jaga keseimbangan perlu kontrol diri,” Dr. Bagus menjelaskan.

Ringkasnya, dia menjelaskan, kesehatan mental adalah keadaan sedangkan pengelolaan diri adalah fungsi untuk menjalankan keadaan tersebut.
Di dalam pengelolaan diri ada pengaturan diri, yaitu pemahaman dan penanganan perkembangan individu yang merancang dan menjaga langkah-langkah untuk mencapai tujuan.

Berikutnya adalah pengendalian diri yakni kemampuan seseorang untuk mengatur dan mengubah reaksi terhadap situasi yang dialami untuk menghindari perilaku kurang baik. Respons ketiga adalah pemantauan diri atas keadaan diri sendiri jika orang tersebut mengalami gejolak dalam kesehatan mental sekaligus menggerakan diri menuju keadaan yang lebih baik.

Pengelolaan diri dapat dilakukan dengan aksi-aksi kecil, seperti merawat diri, menfokuskan perhatian kepada satu tugas, hingga berpikir sebelum berkata apapun. Di samping itu, resiliensi dalam pengelolaan diri dapat dimulai dengan melihat tantangan sebagai proses belajar dan peluang untuk mengasah keterampilan. Lalu, proses belajar ini dikembangkan menuju perspektif hidup yang optimis, positif, dan realistis dengan kepribadian yang konstruktif, kuat dan sehat.

Reporter: Ruth Nathania (Teknik Lingkungan, 2019)