Kolaborasi ITB dan IKN Nusantara, Bangun PLTS untuk Energi Bersih

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh


ITB dan IKN Nusantara berkolaborasi dalam pengabdian masyarakat di Desa Bumi Harapan dan Desa Bukit Raya, Selasa (28/11/2023). (Dok. Prabowo)

PENAJAM PASER UTARA, itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) bersama dengan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara melakukan kolaborasi pengabdian masyarakat di Desa Bumi Harapan dan Desa Bukit Raya, Kecamatan Sepaku, Kabupaten Penajam Paser Utara, Provinsi Kalimantan Timur, Selasa (28/11/2023). Melalui kegiatan ini, mereka berhasil membangun Sistem Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) yang menjadi harapan baru bagi masyarakat yang sebelumnya merasakan kesulitan akses air bersih.

Tim Reporter ITB berkesempatan mewawancarai perwakilan mahasiswa ITB yang telah mengikuti proyek pengabdian masyarakat ini, Rabu (20/3/2024). Proyek ini melibatkan dua mahasiswa S1 Teknik Tenaga Listrik ITB, yakni Prabowo dan Hebert Arthur Sigiro, serta dosen pembimbing Burhanuddin Halimi S.T., M.T., Ph.D.

Proyek ini melibatkan perangkat desa dari Desa Bumi Harapan dan Desa Bukit Raya. Mereka berfokus pada pembuatan sistem kelistrikan yang menggunakan energi terbarukan dari matahari untuk memberikan daya pada pompa yang mengekstraksi air dari dalam tanah, dengan memasang panel surya (PV Panel) berkapasitas 2.200 Wp.

Pemasangan panel surya berkapasitas 2.200 Wp oleh mahasiswa ITB, berkolaborasi dengan masyarakat setempat. (Dok. Prabowo)

Pembangunan PLTS dilakukan dalam beberapa tahap. Mulai dari pengiriman peralatan dan panel surya ke lokasi pada Selasa (28/11/2023). Instalasi sistem dilakukan di Desa Bukit Raya selama dua hari, diikuti dengan pemasangan di Desa Bumi Harapan yang memakan waktu lebih lama akibat cuaca buruk. Namun, pada Sabtu (2/12/2023), kedua PLTS telah berhasil dipasang dan diuji performanya.

Latar belakang pembangunan PLTS ini berawal dari kesadaran akan kebutuhan akan akses air bersih di wilayah pedalaman Kalimantan Timur. Sebelumnya, masyarakat bergantung pada penampungan air hujan yang kemudian diolah untuk kebutuhan sehari-hari. Namun, dengan berkembangnya wilayah dan pertumbuhan penduduk, akses air menjadi semakin terbatas, mendorong perlunya solusi yang lebih berkelanjutan.

Berbagai kendala yang dihadapi dalam proses pembangunan PLTS mencakup akses yang sulit menuju lokasi, keterlambatan dalam pengiriman peralatan, hingga cuaca buruk yang memperlambat proses instalasi. Namun, dengan kerja keras dan kerja sama yang solid, semua kendala tersebut berhasil diatasi.

Perwakilan mahasiswa ITB, Prabowo, saat menjalankan proyek teknologi hijau photovoltaic untuk memompa sumber air bersih. (Dok. Prabowo)

“Peran mahasiswa ITB dalam proyek ini cukup signifikan, mulai dari konstruksi sistem PLTS hingga pengujian performa setelah pemasangan. Melalui proyek ini, kita tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat setempat dengan menyediakan akses air bersih, tetapi juga memberikan edukasi terkait energi terbarukan dan pengelolaan sistem PLTS,” ujar Prabowo.

Manfaat yang dirasakan oleh masyarakat setempat sangatlah besar, baik dari segi sosial maupun ekonomi. Mereka kini memiliki akses air bersih yang dapat meningkatkan kualitas hidup mereka sehari-hari. Selain itu, dengan adanya sumber energi terbarukan, mereka juga memiliki potensi untuk meningkatkan pendapatan ekonomi melalui pengolahan air bersih yang dapat dijual kepada warga sekitar.

Untuk memastikan keberlanjutan dan pemeliharaan PLTS setelah pembangunan selesai, mahasiswa ITB melakukan edukasi terhadap pengelola dan penanggung jawab di desa setempat. Mereka memberikan pemahaman tentang cara kerja sistem PLTS dan juga memberikan imbauan untuk melakukan pemeliharaan rutin guna memastikan sistem beroperasi dengan baik dalam jangka panjang.

Dengan upaya yang telah dilakukan, proyek pembangunan PLTS oleh mahasiswa ITB dan IKN Nusantara tidak hanya memberikan manfaat langsung bagi masyarakat setempat, tetapi juga menjadi teladan bagi upaya pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangunan yang berkelanjutan di masa depan.

Reporter: Rayhan Adri Fulvian (Teknik Geofisika, 2021)