Kolaborasi Mahasiswa SITH ITB dan UPI Juara Utama Lomba Desain Pemulihan Lingkungan

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Dalam rangka memperingati Hari Lingkungan Hidup Sedunia, Direktorat Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) menyelenggarakan berbagai perlombaan. Salah satunya Lomba Desain Pemulihan Lingkungan yang mengusung tema “Generation Restoration: Reimagine, Recreate, Restore”.

Tiga mahasiswa Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH ITB) sukses menyabet gelar juara utama. Mereka adalah Irham Muhammad Dhafien (S1 Rekayasa Kehutanan), Muhamad Fikri Fadhilah (S2 Biomanajemen), dan Natalia Christiani (S2 Biomanajemen). Ketiganya tergabung dalam Tim ITUP bersama satu mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).

Keikutsertaan Tim ITUP dalam lomba ini berawal dari informasi yang diberikan oleh Dr. Ir. Yayat Hidayat, S.Hut., M.Si., IPM selaku dosen pembimbing. Tim ini kemudian bersaing dengan 132 peserta lainnya dan terpilih menjadi 10 besar untuk mempresentasikan hasil rancangan di depan dewan juri. Mereka akhirnya diumumkan sebagai pemenang utama pada Rabu (18/8/21).

KLHK sendiri memilih Kawasan pertambangan di Kecamatan Rumpin Kabupaten Bogor sebagai objek lokasi perancangan. Akibat kegiatan pertambangan, lokasi tersebut memiliki tebing-tebing curam dengan ketinggian sekitar 20 meter. Tanah pucuk yang sudah hampir habis dikeruk menyisakan tanah lempung dan dominasi batuan andesit, sehingga muka air tanah menurun.

Kawasan yang juga digunakan untuk budidaya pertanian intensif membuat sungai yang mengelilinginya menjadi tercemar. Padahal sungai tersebut langsung mengalir ke sungai utama Cisadane yang mengakibatkan berkurangnya sumber air bersih masyarakat.

Tim ITUP menawarkan solusi desain pemulihan lahan bertemakan “Agroeduwisata” yang menggabungkan bidang agroforestri, edukasi, dan wisata. Mereka membagi kawasan ini menjadi empat zona, di antaranya zona agroeduwisata, zona agroforestri, zona penyangga, dan zona lahan basah buatan.

*Desain pemulihan Kawasan Rumpin secara keseluruhan yang dibuat oleh Tim ITUP

“Kami ingin pemulihan lahan ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar Kawasan Rumpin. Agroeduwisata dirasa cocok karena mencakup tiga aspek: menjaga lingkungan, meningkatkan perekonomian, dan memberdayakan masyarakat sekitar,” kata Fikri.

Keapikan mereka dalam menyulap kawasan pertambangan yang rusak menjadi kawasan hijau yang sehat dan produktif mendapat apresiasi yang luar biasa dari para dewan juri. Desain yang elegan dan futuristik dengan tetap mempertahankan bentang alam yang ada menjadi salah satu poin plus bagi tim ini. Beberapa detail fasilitas pendukung juga ditampilkan, seperti green house, area minapadi, hingga kantin dan musala.

Rupanya, merancang sebuah kawasan bukanlah sebuah hal yang baru bagi Dhafien, Fikri, dan Natal. Mahasiswa SITH ITB telah dibekali ilmu tersebut dari Mata Kuliah Rekayasa Hutan Kota. Kendati demikian, perlunya menggabungkan beberapa disiplin ilmu sempat membuat tim ini pesimis. Ditambah lagi, lawan mereka tak jarang berasal dari bidang arsitektur yang erat kaitannya dengan desain lanskap. Namun, mereka tetap berusaha dengan menonjolkan bagian-bagian yang memang dipahami oleh anggota tim.

“Jangan takut mencoba. Perbanyak kolaborasi dengan rekan yang lintas disiplin ilmu karena itu membuat kita banyak belajar. Ketahui juga apa yang kita kuasai untuk selanjutnya kita maksimalkan. Jangan lupa juga untuk meminta dukungan dari orang tua dan dosen, karena kami mendapat banyak arahan dan inspirasi dari Dr. Yayat,” pesan Fikri.

*Desain fasilitas pendukung di Kawasan Rumpin yang dibuat oleh Tim ITUP


Reporter: Ristania Putri Wahyudi (Matematika, 2019)