Kolaborasi Pegiat UMKM Bidang Ekraf NTT dan Desainer Muda FSRD ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Pandemi yang hampir menginjak dua tahun bukanlah penghalang untuk berinovasi. Salah satunya datang dari kemasan produk. Menjadi identitas dan menambah nilai jual dari sebuah produk tentu inovasi dan kreativitas adalah sebuah keharusan. Ditambah pandemi yang melanda Indonesia menjadikan jumlah pelaku ekonomi kreatif tanpa disadari terus bertambah dan berbondong-bondong bersaing sehat seperti yang dialami oleh produk lokal NTT. Menjawab keresehan akan hal tersebut, hadirlah program LIKE Exotic NTT yang secara perdana menyiarkan program ini kepada pegiat UMKM di NTT, Selasa (26/4/2022).
Level-up Ide Kemasan Ekraf (LIKE) Exotic NTT hadir untuk mengakomodir produk parekraf NTT yang ingin meningkatkan kualitas pemasaran produk melalui kerja sama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) dengan Bank Indonesia Cabang NTT. Kegiatan ini melibatkan para desainer muda dan berbakat dari Fakultas Seni Rupa Desain (FSRD) Institut Teknologi Bandung (ITB) serta desainer profesional yang sudah berpengalaman di bidangnya.
Acara ini dihadiri oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A., Kepala Bank Indonesia Perwakilan NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja, Dekan FSRD ITB, Dr. Andryanto Ririk Kusmara, S.Sn, M.Sn., dan Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores Shana Fatina. Webinar juga diisi oleh dua narasumber yakni Direktur Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf/Baparekraf, Yuke Sri Rahayu, S.Sos., M.A., dan Direktur Utama Wanara Design Studio, Bima Nurin.
Webinar dipandu oleh Dosen FSRD ITB, Prananda selaku moderator dan dihadiri oleh pegiat UMKM bidang Ekraf dan mahasiswa ITB. Kehadiran Sandiaga Uno di tengah-tengah acara turut meramaikan dan membangkitkan motivasi pegiat UMKM di bidang Ekraf dan para desainer muda untuk turut mengembangkan produk Indonesia.
Dekan FSRD ITB Dr. Andryanto Ririk Kusmara menyampaikan program ini merupakan kolaborasi antara Pengabdian Masyarakt FSRD ITB yang didanai LPPM ITB bersama dengan BPOLBF dan BI NTT. Rikrik juga menyampaikan keinginannya akan menjadikan labuan bajo sebagai laboratorium FSRD untuk membantu mengembangkan sinergi-sinergi program dalam jangka panjang. “FSRD dan ITB siap berkomitmen untuk berkontribusi aktif mengembangkan NTT dan wilayah-wilayah potensial lain di Indonesia.” ujarnya
Pada sesi pertama, materi disampaikan oleh Direktur Kuliner, Kriya, Desain, dan Fesyen Kemenparekraf Yuke Sri Rahayu, S.Sos., M.A. yang membahas tentang Strategi Mengemas
Produk UMKM Kreatif untuk Branding / Promosi yang Lebih Baik
Yuke menjelaskan bahwa memiliki identitas produk yang baik dan kreatif dapat memperkuat nilai branding pada suatu merek. Semakin kreatif kemasannnya, pembeli akan semakin penasaran dan tertarik membelinya sehingga membantu penjulan produk lebih cepat. Terdapat beberapa kriteria penting membangun branding produk pada desain kemasan yakni 1) jelas dan sederhana, 2) jujur dan tidak berlebihan, 3) otentik, 4) fleksibel, 5) praktis, 6) filosofi brand / ciptakan personality yang mengandung visi misi dan tujuan perusahaan produk, dan 7) konsisten
Permasalahan UMKM di Indonesia yakni lemah dalam hal kemasan karena sering dikerjakan oleh pemilik atau bisa dibilang desain seadanya. Oleh karena itu pentingnya kolaborasi yang dihadapkan dengan orang-orang profesional di bidangnya masing-masing seperti desainer supaya hasil kemasan bisa optimal.
Pada kesempatan ini, Yuke mempromosika program BEDAKAN yang merupakan program pendamping bagi pelaku kreatif untuk mengedukasi-membantu-memulihkan-dan meningkatkan perekonomian dan pendapatannya melalui pembuatan identitas. Program, BEDAKAN bekerja sama dengan ADGI, dan ASPRODI se-Indonesia dengan total 335 Desainer terlibat. Dimulai di tahun 2021 hingga sekarang sudah tersebar di 11 Kota di Indonesia. Selain mendapatkan desain kemasan yang optimal dengan kolaborasi antara desainer dan pelaku ekonomi kreatif, mereka juga diberika hibah dan 1.000 pcs cetakan kemasan setiap pelaku.
Labuan Bajo dipilih sebagai tempat dilaksanakannya program BEDAKAN dengan 25 pelaku kuliner seperti Manga Koya Ikan Cakalang, De Mori (Manggarai Coffe), Kalo (Bajo Snack), Sinaluna, Hasrinda, dan masih banyak lagi. Yuke menyampaikan telah mendapat banyak respons positif dari pelaku ekonomi kreatif di NTT karena dengan program ini sangat memengaruhi omzet penjualan mereka. Bahkan mereka sudah percaya diri untuk membawa produk mereka masuk ke penjualan online sehingga produk lokal NTT bisa dikonsumsi oleh siapa saja dan di mana saja.
Selanjutnya dibahas pentingnya kemasan dari sisi desainer yang disampaikan oleh Direktur Utama Wanara Design Studio Bima Nurin. Bima menyampaikan bahwa secara sederhana fungsi kemasan adalah melindungi isi agar mudah disimpan dan dipindahkan. Hal-hal penting yang harus terdapat dalam suatu kemasan yakni nama merk/brand produk, cerita singkat alasan kenapa produk dibuat, profil singkat pemilik, sumber bahan baku, kapan produk dibuat, terdapat bpom, produk halal/non-halal, sertifikasi HAKI, dan foto kemasan.
Menurut Bima kemasan sama dengan pengalaman pembeli karena desain kemasan berpengaruh terhadap keputusan membeli sebesar 71%. Untuk membuat kemasan yang menarik terdapat hal-hal yang harus diperhatikan yakni kumpulkan data dan referensi yang meliputi material tepat guna, usulan nama brand (jika belum ada), pahami kebutuhan UKM, bangun narasi brand, target market, dan perkirakan biaya serta waktu produksi. "Bicaralah lewat kemasan," ujar Bima.
Kerja sama menuju Labuan Bajo sebagai pariwisita superpriotas pastinya didukung oleh SDM dan produk yang tinggi. Program LIKE Exotic NTT harapannya bisa membuka jalan untuk produk lokal NTT lebih dikenal oleh masyarakat Indonesia dan meningkatkan perekonomian Indonesia. Dalam jangka panjang, aspek desain tidak hanya untuk pengembangan produk saja, tetapi juga bisa mendukung pengembangan wilayah.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)