Kolaborasi Seniman Bali-MGG dalam Bali Tenget
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Bandung,itb.ac.id - Unit Kesenian Mahasiswa Bali, Maha Gotra Ganesha (MGG), menggelar pertunjukan bertajuk “Bali Tenget 2007” pada hari Jum’at, 6 April 2007 lalu. Acara ini menampilkan tari-tari Bali dan sendra tari berjudul “Calon Arang:Madri Duta.” Acara yang digelar di Lapangan Basket Campus Center ITB ini tidak hanya menampilkan aksi mahasiswa-mahasiswa yang tergabung dalam MGG saja, tapi turut bermain pula seniman-seniman dari Bali.
Acara ini dimulai pukul 20.00 WIB, terlambat sejam dari waktu yang dijadwalkan akibat hujan deras yang mendera kota Bandung sejak siang hari. Kondisi lapangan yang basah dan kemunduran jadwal acara ternyata tidak menyurutkan antusiasme penonton yang datang malam itu. Seluruh penonton tampak terbius oleh keindahan gerak tari dan alunan gamelan Bali yang berdentang kencang. Para penari MGG malam itu mempersembahkan tari ‘Githa Utsawa’, ‘Baris Massal’,‘Belibis’ dan ‘Selat Segara’.
Penampilan tari malam itu terasa istimewa dengan kolaborasi anggota MGG dan seniman-seniman Bali lewat tarian ‘Selat Segara’ dan sendra tari ‘Calon Arang’. Tarian ‘Selat Segara’ merupakan kreasi rektor Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bali. Kolaborasi ini menjadi hasil kunjungan anggota MGG baru-baru ini ke Pulau Dewata, Bali. Para seniman-seniman Bali yang telah berusia tigapuluh tahunan ke atas pun mengaku senang karena baru pertama kalinya tampil di kampus ITB.
Kemegahan budaya Bali pun tergambar jelas pada acara puncak ‘Bali Tenget 2007’ malam itu, yaitu sendra tari ‘Calon Arang:Madri Duta’ yang sebagian besar dimainkan oleh seniman-seniman Bali. Sendra tari ‘Calon Arang:Madri Duta’ menceritakan tokoh terkenal dalam legenda Bali, Walu Nata Dira atau bisa dipanggil Calon Arang. Calon Arang diceritakan sebagai perempuan yang menguasai ilmu hitam dan memiliki anak perempuan cantik, Diah Ratna Menggali. Anak perempuannya ini dilamar Raja Airlangga tapi tiba-tiba sang Raja membatalkan lamarannya hanya karena reputasi Calon Arang yang buruk di mata masyarakat. Calon Arang pun melampiaskan kemurkaannya dengan menyakiti masyarakat kerajaan dan membunuh Patih Madri, utusan sang Raja.
Calon Arang, terkenal sebagai tokoh legenda yang dipandang masyarakat kini sebagai korban sistem patriarkhal dan juga teror. Bahkan, dua penulis besar yaitu Toety Herati dan Pramoedya A. Toer pernah menulis legenda ini. Sementara bagi penduduk Bali sendiri, pertunjukan Calon Arang diidentikkan dengan ajang adu ilmu hitam dan ilmu putih. Maka tak heran, sendra tari malam itu sangat kental dengan nuansa magis dan mistis apalagi ada sebuah adegan yang memunculkan keranda kematian. Berpuluh-puluh dupa pun dinyalakan di sekitar lapangan basket, seakan menangkis kedatangan roh gaib yang bisa merasuki pemain dan penonton malam itu. Untungnya, pertunjukan berakhir dengan lancar dan tanpa gangguan mistis sedikitpun.