Kolokium Astronomi ITB Dorong Partisipasi Mahasiswa pada Kegiatan Observatorium Bosscha
Oleh M. Naufal Hafizh
Editor M. Naufal Hafizh
BANDUNG, itb.ac.id — Program Studi Astronomi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menggelar “Kolokium Astronomi” untuk mahasiswa, Jumat (1/3/2024).
Kolokium kali ini mengangkat bahasan tentang pengembangan soft skill dan hard skill mahasiswa melalui keterlibatan dalam kegiatan penelitian dan pengabdian masyarakat di Observatorium Bosscha. Materi disampaikan langsung oleh para peneliti Observatorium Bosscha sesuai bidang keahliannya masing-masing.
Sebagai salah satu pusat penelitian yang dikelola ITB, Observatorium Bosscha selalu melakukan berbagai kegiatan yang terkait dengan astronomi untuk kemajuan ilmu pengetahuan. Setiap kegiatan yang dilakukan membutuhkan bantuan berbagai pihak yang juga memiliki fokus di bidang astronomi, terutama mahasiswa. Oleh karena itu, pihak Observatorium Bosscha selalu mendorong partisipasi mahasiswa Prodi Astronomi untuk ikut dalam berbagai kegiatan yang dilakukan. Partisipasi mahasiswa diharapkan dapat menambah pengalaman mereka sekaligus sebagai sarana implementasi keilmuan yang didapat dari perkuliahan.
Pada kolokium tersebut dijelaskan beberapa kegiatan mendatang yang membutuhkan peran mahasiswa Prodi Astronomi. Kegiatan pertama adalah pengoperasian teleskop Zeiss serta pengenalan Gedung Koeppel. Pelatihan untuk kegiatan ini rencananya akan dilakukan pada Juli-Agustus tahun ini. Agenda yang sudah dijadwalkan dalam pelatihan antara lain pengenalan hal teknis terkait teleskop Zeiss, pemeliharaan teleskop dan bangunan, instrumentasi, dan pengamatan.
“Kami di Observatorium Bosscha membutuhkan peran mahasiswa yang mau mempelajari tidak hanya teleskopnya, tapi juga gedungnya dan bagaimana menggunakan teleskop Zeiss,” ujar Asisten Peneliti Observatorium Bosscha, Satrio.
Kegiatan kedua yaitu permodelan kurva cahaya okultasi bulan dengan metode Bayesian Inference. Metode yang sama hanya digunakan oleh dua orang di Asia Tenggara, salah satunya yaitu Agus T. P. Jatmiko dari Observatorium Bosscha. Penyempurnaan model masih membutuhkan sejumlah penelitian lanjutan sehingga mahasiswa didorong untuk terlibat di dalamnya. Untuk tahun 2024, terdapat beberapa fenomena okultasi yang wajib diamati dalam rangka pemenuhan data yang dibutuhkan untuk pengujian model.
“Fokus untuk tahun 2024 adalah pengamatan. Butuh banyak orang untuk mengamat karena ada banyak peristiwa okultasi di 2024,” tuturnya.
Kegiatan ketiga yaitu pengamatan bulan sabit. Kegiatan ini termasuk kegiatan pengamatan hilal sebagai penentu awal Ramadan setiap tahunnya. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mencari ambang batas parameter visibilitas bulan serta mengembangkan metode pengamatan untuk meningkatkan visibilitas bulan sabit. Kegiatan pengamatan bulan sabit memiliki beberapa tantangan, seperti kondisi bulan yang bisa sangat tipis, kontras rendah akibat atmosfer, serta kondisi cuaca yang tidak mendukung, sehingga pengamatannya memerlukan teknik khusus.
Kegiatan keempat adalah pengabdian kepada masyarakat dari Observatorium Bosscha yang diwujudkan dalam beberapa program. Secara umum program-program tersebut dapat dikelompokkan menjadi pelatihan dan pengembangan SDM mahasiswa dan alumni, pelatihan dan pengembangan SDM guru dan fasilitator pendidikan, serta pengembangan materi edukasi dan komunikasi astronomi. Tujuan kegiatan pengabdian masyarakat adalah untuk mengomunikasikan astronomi kepada masyarakat luas sebagai perwujudan Tridarma perguruan tinggi.
“Seperti yang pernah dikatakan oleh Anne Roe, sains itu tidak ada nilainya jika belum dikomunikasikan kepada masyarakat,” ujar peneliti Observatorium Bosscha, Yatny Yulianty.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)