Kuliah Lapangan Kapita Selekta Prodi Oseanografi, Belajar Implementasi SDGs dari Bening Saguling Foundation

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo -

Editor M. Naufal Hafizh

Penyerahan buku kepada anak-anak penerima beasiswa BSF. (Dok. Istimewa)

BANDUNG, itb.ac.id — Program Studi Oseanografi Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kuliah lapangan Kapita Selekta di Bening Saguling Foundation, Desa Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat. Yayasan tersebut bergerak pada lingkup rencana aksi global Sustainable Development Goals (SDGs), yang meliputi pemberdayaan, pendidikan, dan dampak kepada lingkungan maupun masyarakat. Hal tersebut selaras dengan topik mata kuliah mengenai SDGs.

BSF digagas pada 2014 atas kekhawatiran Indra Darmawan untuk melestarikan Sungai Citarum dan memberdayakan masyarakat sekitar. Dia membangun taman bacaan sekaligus sekolah bernama Sekolah Alam Tunas Inspiratif. Siswanya membayar biayanya dengan sampah ekonomis seberat 1 kg per pekan. Pendidikan tersebut menyasar anak-anak pemulung, yatim piatu, dan anak korban perceraian di sekitar wilayah tersebut. Selain pendidikan formal, anak-anak dibekali keterampilan, seperti membuat kerajinan dari eceng gondok dan berniaga melalui penjualan sayur dan telur. Indra ingin memutus rantai kemiskinan dan mencegah anak-anak menjadi pemulung seperti orang tua mereka.

Mahasiswa ikut melakukan penyortiran sampah yang terkumpul dari solar powered trash conveyor. (Dok. Istimewa)

“Saat tiba, kami berkumpul dengan anak-anak penerima beasiswa BSF dan membagikan buku cerita oseanografi. Setelah itu, kami melakukan tur. Pertama kami dibawa untuk melihat solar powered trash conveyor, mesin yang digunakan untuk mengumpulkan hingga 2.500 kg sampah per hari dan memiliki kapasitas daur ulang hingga 330.000 kg per tahun. Sampah permukaan yang terapung di badan Sungai Citarum akan dikumpulkan dan dibawa menuju tempat penyortiran dan pemilahan yang terbagi menjadi beberapa kategori sampah, yakni dapat diolah kembali dan tidak. Pengelolaan sampah ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas air, mengurangi risiko banjir, serta melindungi keanekaragaman hayati. Dampaknya mencakup peningkatan kesehatan masyarakat, mitigasi perubahan iklim, dan peningkatan pariwisata lokal,” kata Rio Andrian (Oseanografi, 2021).

Sebanyak 20 peserta kuliah lapangan pada Senin (22/4/2024) juga diajak melihat tempat budidaya eceng gondok. Dalam jumlah normal, eceng gondok berperan untuk menangkap polutan logam berat. Namun, jika kadarnya sudah berlebih, ia hanya akan menjadi gulma yang mengganggu keseimbangan ekosistem.

Eceng gondok yang memenuhi Waduk Saguling itu disulap menjadi produk zero waste. Batangnya dijadikan kerajinan, akarnya dijadikan media tanaman, dan bagian sisa lainnya dibuat briket hingga pupuk organik cair. Produk lain yang dihasilkan adalah tas, tempat tisu, sandal, keranjang, hingga gazebo. Perajinnya adalah para istri pemulung yang diberdayakan.

Praktik pembuatan sabun dari minyak jelantah (Dok. Istimewa)

Sesi selanjutnya adalah mengunjungi budidaya magot dan ayam petelur. BSF menawarkan solusi untuk mengurangi sampah produksi rumah tangga, salah satunya pemanfaatan sampah organik untuk bahan pakan magot. Magot merupakan makanan pokok ayam petelur di BSF. Telur yang dihasilkan memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan telur konvensional dan harganya lebih terjangkau di pasaran. Siklus pengolahan magot dan ayam petelur yang dilakoni menerapkan prinsip keberlanjutan pangan. Dengan siklus tersebut, masalah-masalah di daerah Waduk Saguling dapat teratasi.

Terakhir, para peserta diberi pemaparan mengenai estimasi sebaran karbon tersimpan pada vegetasi mangrove. Mereka juga mencoba mempraktikkan pembuatan sabun dari minyak jelantah.

Dr. rer. nat. Rima Rachmayani, S.Si., M.Si., dosen dari Kelompok Keahlian Oseanografi Lingkungan dan Terapan, mengatakan bahwa kegiatan kolaboratif dan sinergis antara kampus dengan BSF dapat memberikan gambaran keberlanjutan yang berhasil dari hulu ke hilir Sungai Citarum. “Semoga mahasiswa bisa lebih aware untuk menjaga lingkungan dan berkontribusi terhadap pemberdayaan masyarakat berkaca dari apa yang telah dilakukan BSF,” ujarnya selaku dosen pengampu.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)