Kuliah Lapangan Program Studi Mikrobiologi ITB: Eksplorasi Mikroba Alam di Pangalengan

Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022

Editor M. Naufal Hafizh

Praktikan, asisten, dan dosen berfoto bersama di Kawah Wayang, salah satu destinasi sampling kuliah lapangan mahasiswa mikrobiologi ITB di Pangalengan, Jumat (8/11/2024). (Dok. Beatrice Andreanna Wijaya)

BANDUNG, itb.ac.id - Program Studi Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan kuliah lapangan di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, pada 8-10 November 2024. Kuliah lapangan ini merupakan program dari dua mata kuliah, yaitu BM3103 Proyek Ekologi, Evolusi, dan Biosistematika Mikroba serta BM3104 Bioinformatika.

Mahasiswa dibimbing dan ditemani langsung ke lapangan oleh para dosen pengampu, yaitu Intan Taufik, S.Si., M.Si., Ph.D.; Dr. Magdalena Lenny Situmorang, S.Si., M.Sc.; Dr. Donny Kusuma Hardjani, S.Pt., M.Si.; Husna Nugrahapraja, S.Si., M.Si., Ph.D.; dan Dr.rer.nat. I Dewa Made Kresna.

Kegiatan ini diikuti oleh 43 praktikan yang merupakan mahasiswa mikrobiologi. Mahasiswa dibagi menjadi 8 kelompok yang akan melakukan sampling di 8 tempat yang berbeda, yaitu Hutan Pinus Rahong, Kebun Kopi Pulosari, Kawah Burung, Hutan Cibolang, Kawah Wayang, Kebun Kacang, Situ Cileunca, dan Situ Cipanunjang.

Ketua Program Studi Mikrobiologi Intan Taufik, Ph.D. sekaligus dosen pengampu mengungkapkan, “Kuliah lapangan ini menjadi sarana bagi mahasiswa mikrobiologi untuk merasakan pengalaman sampling ke alam secara langsung dan memahami peran mikroba di dalamnya.”

Di hari pertama, seluruh rombongan mengunjungi Kawah Wayang dan diberikan penjelasan mengenai ekosistem sekitar kawah. Turut diperagakan tata cara pengambilan sampel udara dengan alat Coriolis Micro. Selain itu, masing-masing kelompok ditugaskan melakukan sampling makrofungi dan lichen yang nantinya akan diamati.

Setelah itu, para praktikan mengunjungi Hutan Pinus Rahong, kebun teh, dan Situ Cipanunjang. Para dosen memberikan penjelasan mengenai kondisi ekosistem tersebut serta gambaran untuk proses sampling keesokan harinya. Pada sore harinya, dilakukan sesi penjelasan oleh Husna Nugrahapraja, Ph.D., mengenai teknologi metagenomik, environmental DNA (eDNA), gambaran metode sekuensing yang akan dilaksanakan, serta penjelasan mengenai masalah teknis apa saja yang mungkin muncul. “Teknologi metagenomik eDNA ini bisa diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya untuk monitoring lingkungan,” ujarnya.

Pada kegiatan ini, mahasiswa mikrobiologi dituntut dapat mendesain metode sampling, melakukan sampling, dan pengukuran berbagai parameter on site, serta melakukan preservasi sampel untuk pengamatan lebih lanjut. Kemudian di malam harinya, dilakukan pengamatan lichen dan makrofungi yang telah didapatkan. Untuk pengamatan makrofungi, dilakukan menggunakan mikroskop portabel, sedangkan pengamatan lichen dilakukan secara makroskopis. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi penjelasan asisten dan pengklasifikasian makrofungi serta lichen yang didapatkan.

Mahasiswa mikrobiologi melakukan pengamatan mikroskopik dari makrofungi yang didapatkan di sekitar Kawah Wayang, Jumat (8/10/2024). (Dok. Berlian Novenda Muktiadi)

Pada hari kedua, masing-masing kelompok melakukan sampling ke tempat sesuai pembagian masing-masing. Praktikan mengambil sampel air, udara, tanah, dan sedimen. Setelah sampel didapatkan, praktikan melakukan inokulasi mikroba dari sampel yang didapatkan dengan metode spread plate dan drop plate.

Selain itu, proses isolasi DNA dan sekuensing juga langsung dilaksanakan pada hari yang sama. Dilakukan analisis sekuensing pada sampel menggunakan MinION sequencer (Oxford Nanopore Technologies). Sampel lainnya dipreservasi dan dibawa pulang ke Ganesha untuk pengamatan lebih lanjut.

Salah satu praktikan, Khansa Mutia Mahlil, bercerita bahwa kelompoknya melakukan sampling di Kawah Burung untuk sampel sedimen, udara, dan air kawah. Sampling sedimen cukup sederhana, hanya diambil dengan sendok. Namun, perjuangan untuk sampai ke kawahnya sangat butuh perjuangan, mengingat curamnya medan gunung yang harus didaki.

Sampling udara dilakukan dengan menggunakan filter air sampler. Untuk air dimasukkan ke termos untuk menjaga suhunya sekaligus mencuplik biofilm di kolam juga. Selain itu, mereka mengukur paramater mikroklimatnya.

“Kulap ini sangat seru dan bermanfaat, bersyukur sekali bisa punya kesempatan belajar ke alam langsung. Selain belajar sampling dan analisisnya, kami juga diajari mengenai sejarah tempatnya dan yang tidak kalah penting, belajar untuk bekerja sama dalam keadaan ekstrem dan sulit,” ujarnya.

Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)

#kuliah lapangan #mikrobiologi #sith