Kuliah Tamu Dept. Teknik Kimia: Mewujudkan Proses Industri yang Berkelanjutan (1)
Oleh Krisna Murti
Editor Krisna Murti
Sekitar seminggu setelah menggelar International Workshop on Cleaner Production yang banyak menekankan mengenai pentingnya sustainable development dalam konteks proses produksi dan konsumsi, Rabu lalu, 11 Mei 2005 lalu, Departemen Teknik Kimia ITB kembali mengadakan kuliah tamu yang mengangkat isu yang serupa. Kali ini secara khusus diangkat mengenai Sustainable Process Industry. Hadir sebagai lecturer ialah Prof. Ir. Jan Hansen dari Duurame Chemische Technologie, Belanda.
Pada awal kuliahnya, Prof. Hansen mengangkat isu mengenai konsep sustainable development (pembangunan berkelanjutan) yang kemudian dikaitkan dengan sustainable enterprise. Tiga hal utama yang menjadi kriteria keberlanjutan (sustainablility) adalah ekonomi, lingkungan, dan sosial. Oleh Prof. Hansen, konsep ini dijelaskan melalui Sustainablity Triangle. Dalam konsep Sustainability Triangle, tiga hal utama penopang sustainability, yaitu ekonomi, lingkungan, dan sosial masing-masing memiliki tiga aspek juga. Konsep keberlanjutan yang dalam konteks ekonomi secara eksplisit harus terwujud dalam kesejahteraan (prosperity), eko-efisien, dan pertanggungjawaban sosial. Dalam konteks lingkungan, konsep keberlanjutan harus mendukung ekologi, mengangkat yang “di bawah”, serta mendukung kapitalisme alamiah (natural capitalism). Terakhir, dalam konteks sosial, keberlanjutan berarti mewujudkan keadilan (equity), kapitalisme pemegang kepentingan (stakeholder capitalism), serta pertumbuhan yang cerdas (smart growth).
Untuk memperkaya pemahaman mengenai urgensi pembangunan berkelanjutan, Prof. Hansen mengangkat pula isu-isu lingkungan mutakhir, seperti pemanasan global dan perubahan iklim yang menyertainya serta kerusakan lingkungan akibat polusi dan emisi kegiatan antropogenik. Secara khusus, beliau mengangkat mengenai imej industri kimia yang buruk. Bahkan, 79-90 persen limbah B3 Amerika Serikat berasal dari hasil manufaktur kimia. Sisanya, juga sebagian besar berasal dari proses penyulingan minyak. Menurut Pan-european survey (CEFIC), 12 Juli 2004, rating positif industri kimia berada di urutan keenam, dengan nilai persentase hanya 48 persen. Ini hanya sedikit lebih baik dari industri minyak (45 persen) dan industri nuklir (35 persen).
Seharusnya, pembangunan berkelanjutan menjadi motivator tambahan untuk kemajuan dunia bisnis. Prof. Hansen lalu memberikan contoh mengenai industri bir di Afrika Selatan. Yang patut dipuji dari industri bir di Afrika Selatan adalah sikap mereka yang telah mengimplementasikan proses berkelanjutan dalam industri mereka. Hasilnya mengagumkan: secara ekonomi, ongkos produksi mereka sangat rendah. Penggunaan air baku mereka dapat ditekan menjadi sangat rendah; 3 liter air untuk 1 liter bir. Di banyak industri yang telah mengimplementasikan proses industri yang berkelanjutan, efisiensi mereka meningkat dan industri-industri itu memperoleh imej positif (green image). Proses industri yang berkelanjutan menjadi market differentiator bagi mereka dan pemicu untuk terus berinovasi.