Lebah Tanpa Sengat, Sumber Inspirasi Untuk Lahirkan Inovasi
Oleh Fivien Nur Savitri, ST, MT
Editor Fivien Nur Savitri, ST, MT
Bandung,itb.ac.id - Trigona sp. atau yang biasa dikenal masyarakat dengan sebutan lebah klanceng merupakan lebah yang tidak menyengat dan hidupnya tidak hanya bergantung dengan polen bunga seperti lebah madu jenis lainnya. Dengan sifatnya yang unik, Trigona dapat dibiakkan dimana saja dan tersebar di seluruh Indonesia termasuk wilayah perkotaan dengan syarat terdapat sumber resin atau getah dari pohon sekitar untuk dapat menghasilkan propolis di sarangnya.
Propolis yang dihasilkan oleh lebah Trigona mengandung antioksidan berupa flavonoid ditambah berbagai jenis vitamin, mineral, serta asam amino esensial . Oleh karena itu, propolis dapat dimanfaatkan sebagai suplemen untuk membantu meningkatkan imunitas tubuh, mempercepat proses penyembuhan penyakit serta sebagai bahan baku perawatan kecantikan dengan mempercepat regenerasi sel dan menunda proses penuaan pada kulit.
Budidaya lebah Trigona secara konvensional menggunakan sarang bambu menghasilkan jumlah propolis yang relatif rendah yaitu 17-92 gram per tahun. Selain itu, perlarut yang umum digunakan untuk mengesktrak propolis adalah perlarut kimia seperti alkohol dan propilen glikol. Oleh karena itu, tim dari Kelompok Keahlian Agroteknologi dan Teknologi Bioproduk yang beranggotakan Dr. M. Yusuf Abduh MT, Syaripudin ST dan Dr. Robert Manurung, terinspirasi untuk melakukan inovasi sarang lebah yang dapat menghasilkan propolis dengan produktivitas yang lebih tinggi serta menggunakan pelarut alami antioksidan tinggi untuk meningkatkan nilai tambah produk.
Inovasi sarang lebah yang sedang dalam proses pengajuan paten diberi nama MOTIVE (Modular Trigona Hive) terdiri dari kotak utama untuk lokasi koloni, pot madu, dan propolis frame untuk pemanenan. Penggunaan MOTIVE memungkinan peternak lebah dapat mengatur sistem produksi propolis dan madu sesuai dengan target yang diinginkan. Pemanenan dilakukan dengan mengangkat propolis frame yang sudah dipenuhi dengan propolis yang selanjutnya digantikan dengan propolis frame baru sehingga meningkatkan produktivitas serta kualitas kehigienisan. Penggunaan sarang MOTIVE ini sudah diterapkan di beberapa lokasi perkebunan di Depok dan Bandung Barat dan terbukti dapat meningkatkan produktivitas propolis sebesar 20%.
Selain itu, penggunaan pelarut nabati antioksidan tinggi untuk ekstraksi propolis memberikan nilai tambah ekstrak propolis, yaitu kandungan antioksidan yang tinggi dan memberikan rasa nyaman kepada konsumen Muslim yang mementingkan aspek halal propolis. Hasil uji lab membuktikan bahwa ekstrak propolis menggunakan pelarut alami antioksidan tinggi memiliki kandungan flavonoid yang lebih tinggi (0.71 g QE/100 ml) dibandingkan ekstraksi menggunakan proppilen glikol (0.26 g QE/100 ml).
Tak berhenti di penelitian, Doktor M. Yusuf Abduh bersama tim juga telah melakukan pengembangan formulasi berbahan dasar ekstrak propolis menjadi produk suplemen kesehatan dan perawatan kecantikan seperti facial oil, aromatic healing, body butter dan body scrub dan kini berbagai produknya sudah mulai dipasarkan. Sebagai pemungkas M. Yusuf Abduh menyampaikan, ”Teruslah positif dan semangat dalam berkarya, terutama para pegiat penelitian, karena tujuan mulia dari penelitian adalah tercapainya kemaslahatan”
Sumber : Syaripudin, ST dan Dr. Muhammad Yusuf Abduh, MT