Lestarikan Kesenian Betawi, UKB ITB Selenggarakan Pagelaran Kebudayaan 2014

Oleh Bangkit Dana Setiawan

Editor Bangkit Dana Setiawan

BANDUNG, itb.ac.id - Pada Rabu (21/05/14) Unit Kebudayaan Betawi (UKB) ITB mengadakan Pagelaran Kebudayaan Betawi 2014. Pagelaran kebudayaan yang diselenggarakan di Aula Timur ITB ini dihadiri oleh kurang lebih 400 orang penonton. UKB ITB mengolaborasikan beberapa kesenian betawi, seperti lenong, marawis, gambang kromong, Tari Nandak Ganjen, Tari Sirih Kuning, dan Tari Ngaronjang. Lenong yang merupakan acara utama dari pagelaran kali ini mengangkat tema "Rojali dan Juleha, Prahara Cinta Tanah Betawi".

Seiring dengan berkembangnya era globalisasi, kebudayaan tradisional semakin ditinggalkan oleh masyarakat Indonesia terlebih lagi kaum pemuda, tidak terkecuali kebudayaan betawi. Inilah yang menjadikan landasan UKB ITB untuk terus memperkenalkan kebudayaan betawi kepada mahasiswa ITB melalui pagelaran kebudayaan yang diselenggarakan setiap tahunnya. Pagelaran kebudayaan ini diinisiasi sejak tahun 2010 dan memiliki tema yang berbeda-beda pada setiap tahunnya. "Pada tahun ini, tema yang sebenernya ingin diusung adalah Politik karena tahun ini tahun Politik. Oleh karena itu, kami menyusupkan nilai-nilai politik pada cerita yang mayoritas mengandung unsur cinta," jelas Iskandar (Teknik Material 2012) selaku ketua pelakasana pagelaraan kebudayaan betawi 2014 ini.

Lenong ini berkisah mengenai kisah cinta antara Rojali dan Juleha yang tidak disetujui oleh orang tua Juleha lantaran pekerjaan Rojali hanyalah sebagai seorang petani. Dari sini Rojali bertekad untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan cara mencalonkan diri sebagai kepala desa namun usaha Rojali digagalkan oleh Sabeni, Ayahanda Juleha, yang juga ikut mencalonkan diri sebagai kepala desa. Sebagai akibatnya, Rojali pun gagal memenangkan pemilu kepala desa karena Sabeni menggunakan segala cara dalam memenangkan pemilu walaupun cara tersebut tidak dilegalkan dalam aturan pemilu. Melihat kecurangan yang dilakukan oleh Sabeni, Rojali tidak tinggal diam, melainkan melakukan perlawanan terhadap Sabeni. Mereka pun berkelahi, namun ketika Sabeni hendak melayangkan golok ke kepala Rojali, Juleha melindungi Rojali. Alih-alih membunuh Rojali, golok yang digunakan Sabeni mengenai kepala anaknya, dan Juleha pun mati terbunuh ditangan ayah kandungnya.

Salah satu hal yang khas dari lenong ini adalah penyampaian cerita yang disertai oleh canda tawa serta kumpulan pantun yang dibawakan dengan humoris. Walaupun disampaikan dalam bentuk canda tawa, lenong ini memiliki pesan yang serius. Nilai yang dapat diambil dari pertunjukkan Lenong kali ini adalah ketamakan akan harta dan jabatan dapat membutakan hati nurani seseorang, sehingga berakibat buruk bagi orang itu sendiri. "Semoga dengan adanya pagelaran kali ini, penonton dapat lebih tertarik dalam melestarikan budaya Indonesia, khususnya betawi serta dapat menangkap nilai yang ingin disampaikan dari pertunjukkan ini," tutup Iskandar.