Linux Trainer Yusuf Kurniawan : Uang 'terbang' ke Pemilik Lisensi

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

BANDUNG, itb.ac.id- Sabtu (9/8), Comlabs ITB kembali mengadakan “Free IT Saturday Lesson” (FSL) bagi sivitas akademik ITB. FSL kali ini mengusung tema “Komunitas Open Source (bagian 2)” dengan menghadirkan seorang Linux trainer , Yusuf Kurniawan, sebagai pembicara. Bertempat di Ruang Multimedia Comlabs, Yusuf membahas lebih jauh mengenai komunitas open source. Kegiatan yang dilakukan komunitas ini, seperti diutarakan Yusuf, diantarnya workshop internal, seminar dan workshop umum, pengembangan software, penulisan artikel dan buku, serta migrasi dan support. Workshop internal ditujukan bagi anggota komunitas guna memberikan pemahaman lebih mengenai Linux melalui pelatihan-pelatihan. Seminar dan workshop umum ditujukan bagi masyarakat umum serta pelajar dan mahasiswa dalam rangka sosialisasi open source sebagai salahsatu solusi masalah pembajakan. Pengguna sistem operasi Linux yang berbasis open source dapat mengembangkan software dan mengakses source code software tersebut sehingga modifikasi dapat dilakukan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Pengembangan software terus dilakukan sehingga sistem operasi linux 'powerfull' dan kaya akan fitur dan aplikasi, menyaingi sistem operasi berlisensi. Penulisan artikel dan buku beprtujuan agar pengguna mendapatkan panduan lengkap penggunaan. Migrasi dan support biasa diadakan bagi perusahaan yang 'pindah' dari sistem opersi berlisensi ke sistem operasi Linux yang open source tetapi dengan kemudahan dan aplikasi lengkap seperti halnya sistem opersi berlisensi. Support dilakukan dalam bentuk pelatihan dan perbaikan sistem jika ditemukan kerusakan 'bug'. Yusuf menekankan, dari sisi 'security' OS linux dapat diandalkan, “Sejauh ini belum ditemukan virus yang menyerang sistem operasi Linux. Bahkan file yang tidak terbaca (baca: terserang virus) di sistem opeasi berlisensi, dapat dibaca dengan Linux dengan mengubah formatnya.” Hal lainnya, ditambahkan juga bahwa Linux tidak memerlukan driver, aplikasi bisa langsung 'play' jika telah dikenali. Komponen pusat Linux (kernel) dapat mengimplementasikan antara lain 'device driver', sistem berkas, dan protokol jaringan. Aktivis open source dan programer di Indonesia jumlahnya masih minim. Padahal, pengembangan software sangat bergantung kepada kedua pihak tersebut. Kemudian dari sisi penyerapan hasil: marketing, promosi, dan minat masyarakat di Indonesia terhadap Open Source masih minim. Ditambah lagi kebijakan politis yang kurang berpihak kepada open source. “Sangat disayangkan, padahal investasi open source lebih menguntungkan negara dibandingkan investasi untuk yang berlisensi. Berinvestasi di open source, berarti perputaran uang akan terjadi di dalam negeri saja dimana uang tersebut digunakan untuk pelatihan-pelatihan. Sedangkan investasi untuk yang berlisensi, uang langsung ' terbang' ke pemilik lisensi tersebut,” ujar Yusuf.