Loedroek ITB: Pesta Rakyat Jawa Timuran 2008

Oleh habiburmuhaimin

Editor habiburmuhaimin

BANDUNG, itb.ac.id - Kesadaran atas keragaman seni budaya yang dimiliki bangsa Indonesia, menjadi dasar pemikiran mahasiswa aktivis seni Loedroek ITB untuk menggelar Pesta Rakyat Jawa Timuran 2008. "Mengenal Budaya Jawa Timur, Mengenal Budaya Indonesia" menjadi tema dari rangkaian acara yang telah berlangsung sejak awal November ini. Rizki Primasakti, Ketua Panitia Pesta Rakyat Jawa Timuran 2008, berujar bahwa melalui kegiatan ini, panitia ingin memperkenalkan seni tradisional Jawa Timur kepada masyarakat luas. "Tujuannya tak lain mengajak kita semua membangkitkan semangat nasionalisme melalui penguatan benteng budaya, meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap keragaman seni tradisional di Indonesia, sekaligus mengajak semua pihak ikut mencari solusi berbagai masalah yang dihadapi bangsa Indonesia saat ini", tambah Rizki.

Pesta Rakyat Jawa timuran ini dimulai sejak awal November 2008 dengan menampilkan tradisi "Nggengheng Loedroek". Tradisi ini bertujuan menjaring minat mahasiswa sekaligus mempublikasikan kegiatan Pesta Rakyat Jawa Timuran 2008 dengan memperkenalkan seni ludruk melalui pementasan kreatif.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan diadakannya diskusi panel "Kerajaan Indonesia, Kenapa Nggak ?" dengan menghadirkan narasumber budayawan Radhar Panca Dahana dan alumni Loedroek ITB Cak Sentot. Kegiatan yang berlangsung pada Senin (24/11) di Gedung Indonesia Menggugat (GIM) bertujuan menambah wawasan ketatanegaraan peserta dengan mempelajari kelebihan dan kekurangan bentuk negara kerajaan dan republik, serta menarik esensi dari kekuatan kerajaan.

Minggu (30/11), Pesta Rakyat dilanjutkan dengan diadakannya Festival Seni Budaya dan Kuliner Jawa Timur. Digelar di Aula Barat ITB, pukul 10.00-17.00, kegiatan ini diisi oleh tari tradisional Jawa Timur (Jejer, Gandrung, Ngremo), reog ponorogo, kesenian patrol -grup kesenian perkusi berjumlah 30 orang- dari banyuwangi, eksebisi pariwisata Pemprov Jawa Timur, stan komunitas budaya, stan Loedroek ITB, serta stan para sponsor. Suasana sekitar panggung pertunjukkan juga diramaikan oleh stan kuliner Jawa Timur, diantaranya jamu, pecel madiun, sate ponorogo, rujak cingur, rawon, soto lamongan, bebek goring, dan jajanan khas Jawa Timur lainnya.

Malam harinya, pukul 19.00, diadakan pementasan ludruk "Maen Gedhe Loedroek ITB" dengan lakon "Deja vu De java" di Auditorium Sasana Budaya Ganesha. Pementasan ludruk diawali tari remo, kidung, serta penampilan "Dharma Wanita Loedroek ITB". Pertunjukkan ini mengangkat wacana tentang bentuk negara kerajaan. Bercerita tentang seorang Prama Vendus yang sedang menjalani sidang thesis, "Maen Gedhe Loedroek ITB" menghibur serta mengajak sekitar 2.400 pengunjung yang hadir untuk mengambil nilai-nilai kebajikan yang ditawarkan dalam pementasan.

Acara ini mengambil momentum bertepatan dengan 25 tahun terbentuknya Loedroek ITB. Di tahun perak ini, panitia mendatangkan langsung rombongan kesenian dari beberapa daerah di Jawa Timur. Melihat
beragamnya seni dan budaya Jawa Timur, tak terkira betapa banyaknya seni dan budaya di Indonesia.