Main Gedhe Loedroek "Gelisah Sang Gajah"
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Unit Kegiatan Mahasiswa Jawa Timur yang biasa dikenal dengan ‘Loedroek’ menggelar pagelarannya pada hari Jum’at,1 Desember lalu di Aula Timur ITB. Pagelaran kedua pada tahun 2006 ini bertajuk “Gelisah Sang Gajah,” yang mengangkat cerita kerajaan Majapahit dengan Hayam Wuruk sebagai rajanya. Pagelaran kali ini awalnya akan digelar di Sabuga, tapi gagal. Ada beberapa kendala teknis yang tidak disebutkan oleh Romi (T.Mesin 2002), mantan ketua Loedroek tahun 2003. Pagelaran ini digelar mulai pukul 20.00-23.00 WIB.
Pagelaran Loedroek tidak sama seperti pagelaran unit-unit budaya lainnya, yang menampilkan kekhasan adat istiadatnya masing-masing. Pagelaran Loedroek selalu menampilkan drama komedi yang diangkat dari legenda Jawa dengan konsep modern. Selain itu, pagelaran Loedroek juga selalu menggunakan bahasa Indonesia bukan bahasa Jawa. Menurut anggota Loedroek, bahasa Indonesia memudahkan penonton untuk memahami dan lebih puas tertawa.
Pagelaran Loedroek ITB yang biasa disebut Main Gedhe seperti biasa ditaburi oleh banyolan-banyolan segar ala mahasiswa ITB. Mulai dari sindiran keterbatasan parkir, sindiran terhadap kinerja Keluarga Mahasiswa (KM) ITB-yang diganti singkatannya menjadi Kerajaan Majapahit-dan parodi orientasi mahasiswa baru. Banyolan-banyolan segar ini membawa suasana bahagia dan tawa membahana para penonton.
Aula Timur malam itu dipenuhi oleh para penonton yang kebanyakan berasal dari ITB. Tidak hanya mahasiswa ITB saja yang menyaksikan pertunjukan Loedroek malam itu, tapi juga para alumnus ITB dari berbagai angkatan. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati suguhan pemain-pemain Loedroek saja tapi juga reuni mini bersama teman-teman lama. Suasana gembira yang selalu menghiasi pertunjukan Loedroek menjadi pelengkap yang manis bagi reuni mini mereka.
Pagelaran Loedroek tidak sama seperti pagelaran unit-unit budaya lainnya, yang menampilkan kekhasan adat istiadatnya masing-masing. Pagelaran Loedroek selalu menampilkan drama komedi yang diangkat dari legenda Jawa dengan konsep modern. Selain itu, pagelaran Loedroek juga selalu menggunakan bahasa Indonesia bukan bahasa Jawa. Menurut anggota Loedroek, bahasa Indonesia memudahkan penonton untuk memahami dan lebih puas tertawa.
Pagelaran Loedroek ITB yang biasa disebut Main Gedhe seperti biasa ditaburi oleh banyolan-banyolan segar ala mahasiswa ITB. Mulai dari sindiran keterbatasan parkir, sindiran terhadap kinerja Keluarga Mahasiswa (KM) ITB-yang diganti singkatannya menjadi Kerajaan Majapahit-dan parodi orientasi mahasiswa baru. Banyolan-banyolan segar ini membawa suasana bahagia dan tawa membahana para penonton.
Aula Timur malam itu dipenuhi oleh para penonton yang kebanyakan berasal dari ITB. Tidak hanya mahasiswa ITB saja yang menyaksikan pertunjukan Loedroek malam itu, tapi juga para alumnus ITB dari berbagai angkatan. Mereka datang bukan hanya untuk menikmati suguhan pemain-pemain Loedroek saja tapi juga reuni mini bersama teman-teman lama. Suasana gembira yang selalu menghiasi pertunjukan Loedroek menjadi pelengkap yang manis bagi reuni mini mereka.