Lokakarya Kemahasiswaan KM-ITB : Salah Satu Usaha untuk Menjembatani Komunisasi Antar-Elemen Kampus ITB

Oleh

Editor

Saat mahasiswa ITB mempertanyakan kembali apa yang salah dengan kemahasiswaan dan gerakan kemahasiswaan mereka, ada banyak hal perlu dibenahi dari dalam dan luar. Dengan latar belakang adanya selisih perbedaan keadaan ideal dan realitas, para mahasiswa pun sadar betul jika mereka harus melakukan analisis permasalahan. Kongres, sebagai wadah perwakilan dari 25 Himpunan Mahasiswa dan Departemen akhirnya menggagas sebuah acara bertajukan Lokakarya Kemahasiswaan yang rencananya dihadiri oleh 25 Himpunan Mahasiswa Departemen, 78 Unit, Kabinet, Kongres, Tim Majelis Wali Amanah (MWA) dan Tim Beasiswa. Sampai 11 Agustus 2005, telah dilaksanakan tujuh kali. Rencana semula, Lokakarya ini hanya akan dilaksanakan selama tiga hari, yakni dari 29-31 Agustus 2005. Namun karena banyak polemik kembali bermunculan, Lokakarya Kemahasiswaan KM-ITB ini masih dilangsungkan. Hasil dari lokakarya ini diharapkan akan lahir suatu kesepakatan yang wajib dipatuhi seluruh elemen di kampus. Nantinya, akan dikemukakan lebih lanjut pada Lokakarya Kemahasiswaaan dari Rektorat akhir Agustus atau awal September 2005. Masalah yang telah dirumuskan bersama beberapa waktu yang lalu, bukan hanya pada tingkat seputar falsafah keorganisasian, orientasi dan tujuan KM-ITB atau nilai-nilai yang mendasari KM-ITB . Melainkan sudah melebar sampai pola hubungan KM-ITB dengan pihak rektorat dan pola hubungan sistem internal KM-ITB. Dengan kata lain banyak pihak bertanya-tanya “ Komunikasi yang tidak lancar antar elemen kampus membuat beberapa pihak merasa dirugikan secara sepihak “ dan “ Perlukah Kemahasiswaan Terpusat? ” . Beberapa kenyataan mengusik dunia kemahasiswaan seperti campur tangan pihak rektorat yang dinilai mahasiswa terlalu jauh. Seperti peringatan yang dilakukan rektorat pada berbagai unit dan HMD untuk tidak melakukan penyambutan kepada mahasiswa baru karena telihat mengintimidasi dan memaksa mereka . “ Padahal banyak yang ingin Kami bantu. Seperti mencari tempat tinggal dan perihal beasiswa. Semuanya berniat baik “, tutur Ida, Ketua Kongres KM-ITB saat dijumpai untuk diminta keterangan seusai makan siang Kamis, 11 Agustus 2005 lalu. Belum lagi pelarangan nama OSKM (Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa) dengan alasan imej "OS" yang beredar di kalangan masyarakat sudah tercemar. Nama OSKM akhirnya harus diganti menjadi PPSA-OK (Program Pengenalan Satuan Akademik dan Organisasi Kemahasiswaan). Padahal menurut Ida mewakili Kongres KM, bahwa OSKM sendiri telah mengalami banyak perubahan isi dan cara penyampaian, meskipun namanya tetap sama. Begitu pula dengan pola hubungan internal KM-ITB. Banyak idealisasi yang tidak terealisasikan dalam sistem demokrasi di ITB. Sehingga membuat aspirasi sebagian mahasiswa di ITB tidak tersampaikan. Mengingat hal ini sangat penting, karena pola hubungan sistem internal di ITB adalah miniatur dari bagian-bagian di Republik Indonesia. Kedepannya, jika hubungan internal dalam kampus berjalan dengan semestinya, lulusan mahasiswa ITB tidak asing lagi dengan pola-pola hubungan antar bagian yang terdapat di Negara Kesatuan Republik Indonesia. “... Contohnya dalam AD/ART 2001 terdapat Badan Koordinasi Kegiatan (BKS), dimana di dalamnya terdapat wakil dari tiap-tiap unit. Sehingga suara dari tiap unit dapat disalurkan ke kongres. Dalam realisasinya, BSK tidak pernah ada...” Intinya mahasiswa ITB telah melakukan tindakan nyata untuk membenahi kemahasiswaannya sendiri. Hal positif untuk bercermin pada diri sendiri daripada main tuding sendiri dengan ketidakjelasan. Pembahasan menyeluruh secara filosofis dan teknis masih terus dilakukan. Diharapkan kedepannya terjadi perubahan bertahap dan tidak ada permasalahan komunikasi lagi yang menyebabkan benturan-benturan kepentingan. Entah itu kepentingan antar unit, HMD, kongres, kabinet, tim MWA, tim beasiswa dan pihak rektorat. ashri putri rahadi