Lokakarya Penulisan Ilmiah Bersama LPPM ITB : Kiat Menulis Publikasi Ilmiah di Jurnal Internasional

Oleh Hafshah Najma Ashrawi

Editor Hafshah Najma Ashrawi

BANDUNG, itb.ac.id - Bertempat di Gedung Annex ITB, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM)  ITB kembali mengadakan Lokakarya Penulisan Ilmiah ITB padaRabu (12/06/13).  Acara ini juga sekaligus menindaklanjuti surat edaran Dirjen DIKTI Nomor 152/E/T/2012 tertanggal 27 Januari 2012 yang mewajibkan publikasi karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan bagi program Sarjana, Magister, dan Doktor.  Hal tersebut melatarbelakangi LPPM ITB melalui ITB Journal untuk mengadakan Lokakarya Penulisan Artikel Ilmiah untuk publikasi di jurnal internasional.

Lokakarya penulisan ini ditujukan untuk mendukung cita-cita peningkatan jumlah karya ilmiah di Indonesia, peningkatan kemahiran Dosen, Mahasiswa, dan Peneliti dalam menulis artikel ilmiah untuk mempublikasikan hasil penelitiannya di jurnal ilmiah internasional. Lokakarya ini dibagi menjadi tiga sesi seminar yang disampaikan oleh ketiga editor dari ITB Journal. Sesi pertama membahas mengenai Publikasi Ilmiah dan ITB Journal yang dibawakan oleh Prof. Dr. Ismunandar , Chief Editor ITB Journal ; selanjutnya dibahas mengenai Penulisan Makalah Ilmiah oleh Dr. Achmad Munir, Editor Journal of ICT Research and Applications; dan tidak lupa di sesi terakhir terdapat presentasi bertopik "Plagiarisme: Pemaknaan, Sumber Penyebab, dan Tanggung Jawab Sosialisasi" oleh Prof. Edy Soewono, Editor Journal of Mathematical and Fundamental Sciences. Setelah sesi seminar, terdapat juga sesi klinik di mana peserta dapat berkonsultasi lebih intensif dengan pakar penulisan jurnal ilmiah.

Mengapa seorang periset harus meng-publish hasil penelitiannya ?, salah satu jawabannya adalah untuk mendapatkan label untuk kualitas risetnya dan juga sekaligus perisetnya. "You are what you publish," ujar Ismunandar dalam presentasinya. Selain itu, penerbitan karya ilmiah juga sekaligus menjadi pendaftaran penemuan yang berkaitan dengan pendataan Hak Kekayaan Intelektual, pengakuan dan penghargaan periset sehingga mitra kerja mengetahui apa yang telah dikerjakan periset dan yang terakhir adalah untuk meninggalkan catatan permanen tentang riset yang dikerjakan.

Karya ilmiah /paper yang baik mengandung pesan ilmiah yang jelas, bermanfaat, tetapi juga sekaligus menarik minat pembaca. Buah pikiran pengarang disampaikan dengan cara yang logis sehingga pembaca  mencapai kesimpulan yang sama seperti pengarang. Selain itu, paper yang baik ditulis dalam format yang terbaik bagi materi yang disampaikan dan dengan gaya yang mudah ditangkap pembaca. Pada intinya, paper yang baik memiliki isi yang essential namun dengan cara menyampaikan yang juga critical."Kita memerlukan masnuskrip yang baik untuk kita sampaikan ke komunitas ilmiah," imbuh Ismunandar.

Mengenai publikasi ilmiah di ITB sendiri, Ismunandar mengaku bahwa untuk saat ini produktivitas ITB di skala nasional dapat dinilai paling tinggi. "Meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara lain seperti Thailand dan Malaysia, kita masih tertinggal jauh," imbuhnya.  Terkait dengan kurikulum baru yang akan diterapkan ITB, ITB menilai perlunya peningkatan pada produktivitas penelitian civitas akademika ITB salah satunya dengan menambah Sistem Kredit Semester (SKS) Penelitian Magister dari awalnya 8 SKS menjadi 12 SKS. Hal tersebut ditujukan untuk meningkatkan hasil riset ITB beserta kualitasnya secara signifikan. "Semoga dengan adanya lokakarya penulisan ini dapat meningkatkan penelitian dan publikasi karya ilmiah di ITB dan sebagai penyemangat pada tidak hanya peserta lokakarya tetapi juga civitas akademika ITB untuk menulis," ujar Ismunandar menutup wawancara.