LPIK ITB Kembali Gelar Technopreneurship Orientation Program
Oleh Hafshah Najma Ashrawi
Editor Hafshah Najma Ashrawi
BANDUNG, itb.ac.id - Lembaga Pengembangan Inovasi dan Kewirausahaan ITB bekerjasama dengan Blackberry Innovation Center menyelenggarakan Kick Off Seminar pada Kamis (05/09/13). Bertempat di Aula Timur ITB, Kick off Seminar ini digelar sebagai acara perkenalan rangkaian program ICT Entrepreneurship Training. ICT Entrepreneurship Training merupakan serangkaian pelatihan, diskusi kelas, mentoring, dan bimbingan bagi para calon Technopreneur dalam membangun bisnis di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Program-program tersebut meliputi desktop apps, hardware, system, e-commerce, dan website development.
Technopreneurship Orientation Program (TOP) sendiri merupakan sebuha rangkaian seminar, training, dan mentoring dalam membangun usaha baru yang dibimbing oleh praktisi dan entrepreneur yang berpengalaman di bidangnya masing-masing. Pada tahun 2013 ini, LPIK ITB kembali mengadakan pelatihan dan inkubasi bisnis TOP batch ke dua. TOP batch pertama telah selesai terselenggara November 2012 sampai dengan Maret 2013 selama 12 sampai 14 kali pertemuan dengan mendorong para peserta sudah memulai bisnis (step up) sesuai kemampuannya. Batch pertama TOP ini pulalah yang berhasil mengantarkan Firman Azhari (Teknik Telekomunikasi 2006) yang pada Kasperksy Academy Conference 2013 lalu berhasil menyabet gelar juara umum.
Seminar ini dibuka oleh sambutan dari ketua LPIK ITB, Prof. Dr. Ir. Suhono Supangkat, M.Eng . dalam sambutannya, beliau mengungkapkan tujuan LPIK untuk memacu budaya inovasi dan kewirausahaan civitas akademika ITB supaya berdampak langsung dan signifikan terhadap masyarakat. Seusai sambutan dari Prof. Suhono, acara dilanjutkan dengan presentasi dari narasumber-narasumber yang dipandu oleh kepala divisi pengembangan kewirausahaan LPIK ITB, Prof. Wawan Dhewanto. Berbagai narasumber yang hadir pada seminar kali itu antara lain Gilarsih W. Setiawan, Bambang S. Pujantiyo, Budi Rahardjo, dan Firman Azhari.
"When the needs come, you introduce a technology" ujar Gilarsih Setiawan. Teknologi merupakan aspek kebutuhan manusia yang terus berkembang . Ia mencontohkan dengan penemuan teknologi graphene yang disebut-sebut sebagai masa depan dunia elektronik. Dengan memanfaatkan graphene, baterai handphone misalnya dapat tahan selama dua hari dengan hanya me-recharge selama 30 detik. Hal itu bisa berdampak ke berbagai hal-hal pemenuhan kebutuhan manusia tidak terbatas pada teknologi komunikasi, tetapi bisa juga ke arah transportasi.
Tentunya menjadi entrepreneur tidak lepas dari untung-rugi atau jatuh-bangun selama merintis usaha. Budi Rahardjo yang juga merupakan dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB tersebut berbagi kiat bagaimana beliau merintis usaha di bidang security technology sejak 2001. Banyak suka dan duka yang ia alami, contohnya bagaimana beliau akhirnya mampu menginternalisasi sistem keamanan pada bank-bank di Indonesia setelah tujuh tahun berusaha memperkenalkan inovasinya. "Teknologi sejatinya diciptakan untuk memecahkan masalah, walau begitu teknologi yang bagus tidak harus selalu menghasilkan produk bisnis yang bagus juga. Untuk sukses menjadi technopreneur, memang dibutuhkan kerja keras," ujar Budi mengakhiri presentasinya.
Seminar ini dibuka oleh sambutan dari ketua LPIK ITB, Prof. Dr. Ir. Suhono Supangkat, M.Eng . dalam sambutannya, beliau mengungkapkan tujuan LPIK untuk memacu budaya inovasi dan kewirausahaan civitas akademika ITB supaya berdampak langsung dan signifikan terhadap masyarakat. Seusai sambutan dari Prof. Suhono, acara dilanjutkan dengan presentasi dari narasumber-narasumber yang dipandu oleh kepala divisi pengembangan kewirausahaan LPIK ITB, Prof. Wawan Dhewanto. Berbagai narasumber yang hadir pada seminar kali itu antara lain Gilarsih W. Setiawan, Bambang S. Pujantiyo, Budi Rahardjo, dan Firman Azhari.
"When the needs come, you introduce a technology" ujar Gilarsih Setiawan. Teknologi merupakan aspek kebutuhan manusia yang terus berkembang . Ia mencontohkan dengan penemuan teknologi graphene yang disebut-sebut sebagai masa depan dunia elektronik. Dengan memanfaatkan graphene, baterai handphone misalnya dapat tahan selama dua hari dengan hanya me-recharge selama 30 detik. Hal itu bisa berdampak ke berbagai hal-hal pemenuhan kebutuhan manusia tidak terbatas pada teknologi komunikasi, tetapi bisa juga ke arah transportasi.
Tentunya menjadi entrepreneur tidak lepas dari untung-rugi atau jatuh-bangun selama merintis usaha. Budi Rahardjo yang juga merupakan dosen di Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB tersebut berbagi kiat bagaimana beliau merintis usaha di bidang security technology sejak 2001. Banyak suka dan duka yang ia alami, contohnya bagaimana beliau akhirnya mampu menginternalisasi sistem keamanan pada bank-bank di Indonesia setelah tujuh tahun berusaha memperkenalkan inovasinya. "Teknologi sejatinya diciptakan untuk memecahkan masalah, walau begitu teknologi yang bagus tidak harus selalu menghasilkan produk bisnis yang bagus juga. Untuk sukses menjadi technopreneur, memang dibutuhkan kerja keras," ujar Budi mengakhiri presentasinya.