Lulusan ITB Diharapkan Menjadi Kunci Keberhasilan Pembangunan Infrastruktur Konektivitas di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id – Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) Indonesia, Prof. Bambang Brodjonegoro menyebutkan, salah satu fokus pemerintah kedepan ialah membawa Indonesia keluar dari Middle Income Trap pada 2038. Infrastruktur konektivitas menjadi hal yang penting dalam merealisasikan tujuan tersebut. Infrastruktur konektivitas merupakan infrastruktur yang mampu menjawab kebutuhan masyarakatnya dalam berbagai aspek kehidupan.


Hal tersebut disampaikan Menteri PPN Prof. Bambang Brodjonegoro dalam Seminar Nasional The 3rd ITB Civil Engineering Expo (ICEE) 2019 pada Minggu (27/1/2019) di Aula Barat Kampus Institut Teknologi Bandung, Jalan Ganesha no. 10 Bandung. Pada kesempatan tersebut, Prof. Bambang banyak memaparkan hasil kerja pemerintah dalam membangun infrastuktur konektivitas untuk kebutuhan masyarakat.

Ia menyebutkan dalam bidang akses pemenuhan air minum di Indonesia, setiap tahunnya telah mengalami peningkatan. Kemudian pertumbuhan PDB Indonesia juga telah mencapai angka 5,1% pada 2018, angka tersebut tergolong tinggi bahkan tertinggi ke-6 di dunia. Selanjutnya, ia juga menyoroti tren urbanisasi yang tergolong pesat di Indonesia. Pertumbuhan penduduk mendorong urbanisasi dan tumbuhnya kota kecil dan sedang di seluruh Indonesia. Sementara kota-kota besar dan daerah urban akan membentuk mega urban. Diperkirakan pada tahun 2045 tren urbanisasi total mencapai 73% artinya 73% masyarakat akan tinggal di wilayah perkotaan. 

"Pada tahun 2035 hampir 90% penduduk Jawa tinggal di perkotaan. Konsentrasi penduduk perkotaan wilayah DKI, Jabar, dan Banten mencapai 76 juta orang membentuk megapolitan Jakarta-Bandung. Oleh karena itu, infrastruktur menjadi parameter yang sangat penting untuk dipersiapkan agar dapat menyokong pertumbuhan yang berkelanjutan," katanya.

Selain akses air minum, pertumbuhan PDB, dan tren urbanisasi, Prof. Bambang juga membahas pencapaian Indonesia serta tantangannya di bidang pengembangan angkutan umum perkotaan, konektivitas untuk penurunan waktu tempuh, serta integrasi pengembangan kawasan dan infrastruktur. Ia mengingatkan bahwa Indonesia merupakan wilayah yang rawan terjadi bencana alam dan oleh karena itu diperlukan pengembangan infrastruktur yang mampu meminimalisir dampak buruk dari bencana alam terhadap kestabilan ekonomi negara.

Infrastruktur akan terus menjadi perhatian dalam proses mencapai visi Indonesia 2045. Menurutnya, Indonesia harus bisa seperti Jepang dan Korea Selatan yang berhasil menjadi negara maju saat mengalami bonus demografi. Bonus demografi yang terjadi di Indonesia bahkan diperkirakan jauh lebih lama daripada yang dimiliki oleh kedua negara tersebut. “Indonesia harus bisa menjadi negara maju sebelum masuk masa aging population yakni kondisi di mana penduduk usia lansia jauh lebih banyak dan meningkat tajam," tambahnya.

Menurutnya, peran dalam bidang konstruksi menjadi sangat diperlukan terutama dalam mengembangkan infrastruktur konektivitas. Geografis wilayah Indonesia tergolong cukup rumit karena berpulau-pulau. Berbeda dengan India, China, dan Amerika yang berbentuk kontingen membuat rancangan infrastrukturnya dapat lebih sederhana.

Ia mengajak para calon insinyur sipil khususnya dari ITB agar dapat menjadi kunci keberhasilan pembangunan infrastruktur konektivitas demi mewujudkan visi Indonesia 2045. “Tunjukkan kalau engineering khususnya civil engineering dari ITB bisa menjadi yang terdepan terutama dalam infrastruktur yang penuh tantangan dan risiko bencana alam serta dapat mengurangi kesenjangan di Indonesia melalui infrastruktur konektivitas,” ucap Bambang.

Reporter: Jonatan Kevin Daniel