Lustrum VII PSTK ITB, Pagelaran “Dewi Sri” yang Memukau

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Hari Sabtu, 18 Maret 2006 unit kegiatan mahasiswa Perkumpulan Seni Tari dan Karawitan ITB menggelar beberapa acara. Serangkaian acara bernuansa seni budaya Jawa diadakan untuk memperingati Lustrum VII PSTK ITB. Pada pagi hari, workshop batik dan lomba karawitan diselenggarakan. Kemudian, pagelaran tari bertajuk “Dewi Sri” menjadi acara puncak pada malam harinya. Pagelaran bertajuk “Dewi Sri” dimulai pukul 20.00 di Aula Barat ITB, telat setengah jam dari waktu yang dijadwalkan. Para penonton yang hadir kebanyakan merupakan alumni PSTK ITB yang telah berkeluarga. Acara puncak peringatan Lustrum PSTK ini berisi sambutan-sambutan, cuplikan film tentang kegiatan workshop batik pada pagi hari, dan doorprize. Pemenang lomba karawitan juga diumumkan. Lomba dibagi menjadi dua kategori, trampil dan pemula. Kategori trampil dimenangkan oleh Sangggar Budaya Serayu Krida Laras Tinggar Jaya Banyumas dan Metri Budaya. Sementara itu, Mitra Laras dan Bima Laras merupakan pemenang kategori pemula. Sebagai penghormatan, para nayaga dari Sanggar Budaya Tinggar Jaya tampil melantunkan gendhing-gendhing Jawa. Para penonton yang tidak mengerti budaya Jawa pun tampak ikut terhanyut dalam kelembutan dan keindahan irama Jawa. Selanjutnya, pagelaran “Dewi Sri” dimulai. Pagelaran ini bercerita mengenai asal-usul legenda Dewi Sri, sang dewi padi. Dewi Sri merupakan putri kerajaan Purwacarita, anak dari Prabu Sri Mahapunggung. Dewi Sri semula hilang menyusul adiknya, Raden Sadana yang kabur dari istana. Tapi ia ditemukan oleh rombongan Detya Kalandaru yang berniat menjadikannya permaisuri kerajaan Medangkumuwung yang jahat. Ia pun ditolong oleh Ki Uyut Waringin dan garuda raksasa Winanteya, utusan Batara Wisnu. Akan tetapi, Dewi Sri tewas dan diangkat ke kahyangan oleh Batara Wisnu. Tempat meninggalnya Dewi Sri diyakini sebagai tempat tumbuhnya padi pertama kali. Pagelaran dipertunjukkan dalam bahasa Indonesia dengan gerak tarian yang luwes nan dinamis. Ilustrasi musik didukung oleh gamelan Jawa yang dimainkan para nayaga anggota PSTK. Tatanan setting juga sangat mendukung pementasan. Sebelum pagelaran ini usai, para penonton tidak juga beranjak dari tempat duduknya. Apik tenan ! (ima np)