M Rizki Fadillah, Peraih IPK 4.00 Pada Wisuda Oktober 2019
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id – Muhammad Rizki Fadillah, mahasiswa Program Studi Matematika FMIPA ITB ini, berhasil lulus dengan IPK 4.00. Atas pencapaian tersebut membuat Rizki menjadi wisudawan peraih IPK tertinggi Pada Wisuda Pertama Institut Teknologi Bandung Tahun Akademik 2019/2020 yang berlangsung di Sabuga, 18-19 Oktober 2019. Selain meriah nilai sempurna, ia pun memiliki segudang prestasi lainnya.
Selama empat tahun menimba ilmu di ITB, Rizki telah delapan kali menerima Dean List FMIPA. Ia juga sempat mengikuti dua kali Olimpiade Nasional MIPA bidang Matematika. Pada keikutsertaannya yang pertama tahun 2018, ia sukses menerima komplimen sebagai honorable mention, kemudian setahun setelahnya, juga disusul dengan keberhasilan meraih perunggu di Makassar. Rizki juga tercatat pernah menjadi juara pertama di kompetisi Calculus Cup di UNJ tahun 2017 dan pernah lolos ke International Mathematic Competition di Bulgaria tahun 2019.
Selain meraih sederet prestasi akademik, mahasiswa kelahiran Jakarta ini juga aktif menjabat sebagai staf divisi Sains Akademik di Himpunan Mahasiswa Matematika (HIMATIKA) ITB. Ia pun sudah terlibat menjadi asisten praktikum mata kuliah Pengenalan Teknologi Informasi (PTI) sejak masih di tingkat dua.
Rizki diterima di ITB melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). “Waktu di awal masuk ITB, gak pernah punya ekspektasi besar mengingat mahasiswa yang diterima di sini kebanyakan adalah juara kelas di SMA-nya terdahulu. Waktu itu saya belajar hanya agar tidak mengulang mata kuliah saja,” kata Rizki.
Bisa lulus dengan IPK 4.00 tentu bukanlah perkara mudah. Butuh perjuangan, terutama dalam membagi waktu antara kuliah dan organisasi yang diikuti. Lantas bagaimana kiat-kiat yang dilakukan Rizki sehingga bisa seberhasil sekarang. “Yang penting belajarnya jangan mepet ujian. Sebisa mungkin meluangkan waktu lebih banyak untuk mata kuliah yang sulit dipahami,” pesan Rizki.
Meskipun, di jurusan Matematika jarang diberikan tugas kelompok, ia tetap menyarankan untuk bisa memiliki kelompok belajar. “Banyak-banyaklah cari teman yang bisa diajak main sekaligus belajar. Terutama yang saling mau mengajar dan diajar,” katanya.
Di tengah sulitnya mata kuliah yang diambil, Rizki justru sangat berkesan dengan caranya melewati mata kuliah olahraga. Menurutnya, olahraga adalah suatu mata kuliah yang sangat membekas di ingatannya. “Waktu di awal lari enam kali keliling Saraga, aku hampir menyentuh 20 menit. Tentunya, 20 menit adalah waktu yang sangat lama dan tertinggal dari yang lain. Tapi karena memang diniatkan dan diusahakan, setiap dua minggu sekali, aku latihan lari keliling Saraga, dan akhirnya mampu menyelesaikan di 11 menit saat pengambilan nilai,” cerita Rizki.
Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana, Rizki akan segera melanjutkan pendidikannya ke jenjang magister melalui program fastrack. Program ini memungkinkan ia menerima gelar S2 hanya dalam satu tahun. Tentunya, Rizki bangga karena ia mampu menyelesaikan studi dengan IPK yang sangat sempurna. Ia juga berharap keberhasilannya di S1 dapat terus memacunya meraih pencapaian yang lebih baik di S2. Namun begitu, ia sempat menimpali bahwa IPK 4.00 tentunya bukanlah sebuah keharusan, ia menekankan bahwa sejatinya, kuliah adalah persoalan tanggungjawab yang juga harus dinikmati.
“Carilah versi terbaik dirimu sendiri,” ujarnya. Rizki tegas mengharapkan segenap adik-adik mahasiswa ITB untuk menemukan serta mengeksplor passion masing-masing. Menurutnya, kita tidak perlu mengimitasi kesuksesan orang lain dan juga tidak perlu menjiplak seutuhnya tips-trik orang lain. Simpel dengan menjadi diri sendiri dan menemukan resep sukses tercocok ala diri sendiri.
Reporter: Evita Sonny (Manajemen, 2017)