Mahasiswa Arsitektur ITB Juara 1 Sayembara Nasional EMOSCAPE: Designing Spaces for Emotional Wellbeing

Oleh M. Naufal Hafizh

Editor M. Naufal Hafizh

Nicolas Ciu meraih Juara 1 EMOSCAPE: Designing Spaces for Emotional Wellbeing. (Dok. SAPPK ITB)

BANDUNG, itb.ac.id - Mahasiswa Program Studi Arsitektur, Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung (SAPPK ITB), Nicolas Ciu, meraih juara pertama “EMOSCAPE: Designing Spaces for Emotional Wellbeing” pada Podomoro Design Festival 6.0 yang diselenggarakan Podomoro University.

Berbeda dengan sayembara lainnya yang diselenggarakan dalam rentang bulan, EMOSCAPE merupakan sayembara yang diselenggarakan dalam rentang hari. Peserta dapat melakukan proses mendesain hanya dalam 7 hari, dihitung dari hari dibagikannya ToR atau KAK. Hal ini berkaitan dengan tujuan sayembara itu sendiri yang memang mengedepankan ide, bukan bangunan secara detail.

Adapun isu yang diangkat pada sayembara ini adalah bagaimana suatu lingkungan binaan dapat merespons emosi yang dimiliki manusia sehingga menciptakan perubahan positif dalam cara memandang dan merancang ruang. Nico kemudian menjawab isu tersebut dengan merancang Pendopo Kamboja yang memanfaatkan lahan terbengkalai di perumahan Taman Ratu.

“Pendopo itu seperti melambangkan ruang aktivitas bersama yang menjadi bagian tiap-tiap rumah di sana dan bisa dinikmati semuanya. Sementara itu, Kamboja merupakan nama dari jalannya, yaitu Jalan Ratu Kamboja. Pendopo Kamboja ini merespons emosi gelisah karena semakin hari rumah-rumah di kota besar semakin padat tertutup pagar, berbeda dengan perumahan cluster yang mahal. Selain itu, emosi gelisah juga masih dianggap sepele oleh masyarakat, apalagi stigma terhadap mental health yang masih kurang baik. Oleh karena itu, Pendopo Kamboja nantinya akan menjadi tempat restoratif yang dekat dengan masyarakat dan kehidupan sehari-hari,” ujarnya.

Dalam prosesnya, Nico melakukan pendekatan perancangan dengan user oriented sehingga dia mengulik lebih dalam dan spesifik terkait kegelisahan ini secara psikologis. Menurutnya, berpikir secara arsitektural saja belum cukup. Dia juga melakukan diskusi langsung dengan temannya yang memiliki latar belakang jurusan psikologi. Strategi lain yang dilakukan Nico adalah mengangkat desain yang berbasis restorasi dengan menggunakan senses, tidak hanya dari desain arsitekturnya saja, tetapi juga pengalaman penggunanya itu sendiri.


Pendopo Kamboja, rancangan desain sayembara Nicolas Ciu pada EMOSCAPE Podomoro Design Festival 6.0. (Dok. Instagram @arsitenar)

Nico menjelaskan, selama proses perancangan Pendopo Kamboja, constraint waktu yang sangat singkat menjadi tantangannya dan tidak adanya rekan membuat alur desainnya sangat linear. Meski begitu, Nico dapat mengatasinya dengan membuat to do list setiap harinya selama 7 hari sehingga Pendopo Kamboja dapat terselesaikan dengan baik.

“Sayembara ini sangat berkesan karena pertama kalinya step out dari zona nyaman dengan ikut sayembara sendiri, sebelumnya selalu tim. Jadi bisa berkenalan dan berdiskusi dengan peserta lainnya sehingga menambah teman dan koneksi. Selain itu, asyik juga kalau berdiskusi dengan teman-teman di luar arsitektur karena bisa menambah insight,” ujarnya.

Reporter: Asya Aulia Sukma (Arsitektur, 2021)


scan for download