Mahasiswa Farmasi ITB Ikuti Program Student Exchange Bareng National University of Singapore

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id – Pandemi COVID-19 telah membatasi aktivitas masyarakat. Namun, hal ini tidak menyurutkan semangat mahasiswa ITB untuk terus mengembangkan diri. Di tengah situasi ini, sebanyak 15 orang mahasiswa dari Himpunan Mahasiswa Farmasi Ars Praeparandi ITB angkatan 2018 dan 2019 tetap antusias untuk mengembangkan diri dengan mengikuti Student Exchange Program (SEP) yang diselenggarakan oleh National University of Singapore (NUS).

SEP yang diadakan oleh NUSPS (NUS Pharmaceutical Society), Singapura, adalah Virtual SEP dengan tema “#LetsTalk Beyond COVID-19: Changing Outlook of the Healthcare System”. Acara tersebut dilaksanakan selama tiga hari per sesi, yaitu tanggal 20, 26, dan 27 Februari 2021.

“Latar belakang diadakan Virtual SEP ini adalah karena pandemi COVID-19 yang menyebabkan sulitnya melakukan Student Exchange secara langsung karena aturan yang berbeda-beda di setiap negara, oleh karena itu SEP yang dilakukan pada tahun ini berorientasi pada Virtual SEP yang dapat diikuti oleh seluruh students’ association dari International Pharmaceutical Students Federation (IPSF),” ujar Aristo Hakisa Rendra yang merupakan salah satu delegasi ITB.

Virtual SEP yang diadakan oleh NUSPS berfokus pada pembahasan mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap sektor kefarmasian, baik industri maupun klinis. “Pertama, dijelaskan terlebih dahulu peranan farmasis dalam berbagai sektor, seperti regulatory affairs, quality assurance, pharmacovigilance, dan lainnya. Setelah itu, baru dijelaskan bagaimana dampak pandemi terhadap masing-masing sektor, misalkan pada farmasi klinik atau rumah sakit, konsultasi antara pasien dan tenaga kesehatan diubah ke dalam bentuk digital atau telefarmasi untuk mengurangi kontak, jadi pasien hanya perlu datang ke klinik atau rumah sakit dan mengambil obat di loker. Sedangkan dari sektor industri, ada beberapa sediaan yang perlu diproduksi secara cepat, contohnya adalah hand sanitizer,” ujarnya.

Dia mengatakan, antusiasme peserta dari berbagai negara juga sangat tinggi dalam mengikuti kegiatan ini. Jumlah peserta dibagi tiap sesinya sekitar 100 peserta. Selain itu, virtual SEP ini tidak berbayar sehingga banyak mahasiswa yang sangat terbantu.

Dengan mengikuti virtual SEP di NUS ini, banyak pengalaman berharga yang didapatkan oleh delegasi ITB “Kami jadi mengetahui bagaimana sistem kefarmasian di Singapura selalu beradaptasi atau berupaya dalam menyesuaikan dengan kondisi negara mereka di masa pandemi. Karena seperti yang kita tahu bahwa Singapura merupakan salah satu negara yang dapat mengatasi kondisi pandemi Covid-19 dengan cukup baik, sehingga kita sebagai mahasiswa farmasi juga bisa lebih aware dan belajar banyak terkait pentingnya perubahan-perubahan dan penyesuaian yang harus dilakukan dalam kondisi seperti ini,” ujar Aristo.

Ke depannya, Aristo sebagai perwakilan delegasi ITB berharap bahwa mahasiswa ITB terutama mahasiswa di Himpunan Mahasiswa Farmasi bisa mengembangkan diri dan mendapatkan pengetahuan tidak hanya terbatas di dalam negeri saja, namun bisa dari luar negeri juga. “Terutama setelah mengikuti SEP dari Singapura ini, kami jadi terinspirasi untuk menciptakan inovasi baru yang dapat diikutsertakan sebagai lomba, menciptakan public health campaign, mengedukasi masyarakat, dan lainnya. Yang terpenting, sebagai mahasiswa ITB: Learn new things every day!.

Reporter: Christopher Wijaya (Sains dan Teknologi Farmasi, 2016)