Mahasiswa ITB Buat Prototipe Biosensor Pendeteksi Penyakit Malaria

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Tim Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) meraih prestasi di Festival Ilmiah Mahasiswa 2023. Tim yang beranggotakan tiga orang yakni Muhammad Dzul Fakhri (Kimia 2019), Maha Yudha Samawi (Biologi 2019), dan Bilqis Naura Safira Rizam (Biologi 2020) itu berhasil meraih juara 1 Karya Tulis Ilmiah dalam lomba yang diselenggarakan di Universitas Sebelas Maret.

Tim bernama “Mahabidzul” itu mengangkat topik “Pengembangan Biosensor Berbasis Toehold Switch untuk Determinasi Patogen Penyebab Malaria secara Cepat dan Akurat sebagai Perwujudan Program SDGs 2030” dalam karya tulis ilmiahnya.

Dalam kesempatan wawancara, Dzul selaku ketua tim menyampaikan topik ini mereka ambil karena penyakit malaria tergolong penyakit endemik dan pengobatannya berbeda-beda di setiap kasus.

Secara umum, Malaria dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan parasitnya yakni Plasmodium Vivax, Plasmodium Ovale, Plasmodium Malariae, Plasmodium Falciparum, dan Plasmodium Knowlesi. Setiap parasit memiliki struktur DNA yang berbeda-beda yang dimanfaatkan Tim Mahabidzul mendeteksi kelimanya.

Dibimbing oleh Dosen SITH, Dian Rosleine, S.Si, M.Si, Ph.D., mereka mencoba merancang desain biosensor untuk mendeteksi jenis penyakit malaria yang satu dengan lain sehingga pengobatan dapat lebih efektif. Dzul mengungkapkan bahwa basis penelitian mereka berupa rancangan dengan bantuan komputasi sehingga Dzul dan tim belum sempat melakukan uji.

“Beberapa penelitian yang menggunakan biosensor ada yang sudah melakukan uji dan hasilnya 100%. Jadi kami yakin jika desain kami dikembangkan lebih lanjut juga akan menghasilkan yang sama,” ungkap Dzul.

Latar belakang di balik pemilihan topik juga berasal dari tugas besar Yudha. Sebelumnya Yudha sempat membuat biosensor di salah mata kuliah dan dikembangkan untuk lomba. Dzul yang mengambil Kelompok Keahlian Biokimia juga tidak terlalu asing dengan biosensor sehingga kolaborasi mereka terjalin optimal.

Proses riset yang dilakukan Tim Mahabidzul tidaklah mudah. Dua setengah bulan lamanya mereka berprogres. Namun, Dzul mengungkapkan bahwa dia dan tim tidak mengalami kesulitan dalam pembagian tugas. Setiap individu sudah mengetahui yang harus dilakukan sehingga pengerjaan mengalir begitu saja.

Kesulitan yang mereka alami hanya di waktu. Ketiganya memiliki kesibukan masing-masing di samping mempersiapkan lomba. Dzul menyampaikan kesulitannya mengikuti lomba di tengah tanggung jawab Tugas Akhir yang harus dijalani. “Bulan April, aku sudah ditunggu dosbing buat seminar hasil,” ungkap Dzul

Semangat berkarya menjadi penguat Dzul dan tim untuk membanggakan nama ITB. Prototipe yang dibuat di hari-hari terakhir sebelum final juga menjadi sebuah kebanggaan buat mereka. Sempat berdebat kecil pentingnya sebuah prototipe pada penelitian mereka, namun keegoan masing-masing terkalahkan dengan ambisi untuk menang.

“Jangan pernah takut untuk eksplor suatu ide yang orang anggap nggak penting,” ucap Dzul.

Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)

Foto: Dokumen Pribadi Dzul