Mahasiswa ITB Tanggapi Kematian Rusa di Cagar Alam Pananjung Pangandaran
Oleh Abdiel Jeremi W
Editor Abdiel Jeremi W
BANDUNG, itb.ac.id - Indonesia adalah negara dengan keanekaragaman hayati (biodiversitas) yang sangat besar. Pemerintah Republik Indonesia telah melakukan berbagai upaya demi menjaga warisan biodiversitas ini. Salah satunya adalah dengan menetapkan sebuah kawasan sebagai cagar alam. Cagar alam adalah suatu kawasan suaka alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami.
Salah satu cagar alam yang terletak di provinsi Jawa Barat adalah Cagar Alam (CA) Pananjung Pangandaran. Kawasan istimewa ini terletak pada Kabupaten Ciamis, lebih tepatnya bersebelahan dengan Taman Wisata Alam Pangandaran. Daerah ini cukup familiar bagi warga Jawa Barat, karena terkenal dengan pantai yang berpasir putih serta pemandangan matahari terbenam yang indah. Oleh sebab itu, Pantai Pangandaran kerap dipenuhi oleh turis saat liburan musim panas seperti bulan Juni hingga Agustus.
CA Pananjung merupakan rumah bagi berbagai fauna, seperti Kera Ekor Panjang (), Lutung (Trcyphithecus auratus), Kangkareng Perut Putih (Anthracoceros albirostris), dan Kijang (Muntiacus muntjak). Cagar alam bertugas untuk menjaga sifat alami dari flora dan fauna yang tinggal di dalamnya, termasuk cara hidup yang sealami mungkin.
Cagar Alam yang Terganggu
Ironisnya, beberapa rusa telah tewas dengan cara yang mengenaskan pada tahun 2017. Ada rusa yang mati karena memakan sampah plastik. Kejadian lain adalah rusa yang mati akibat terlilit jaring nelayan. Rusa-rusa ini memang kerap mencari makan di luar CA, bahkan turis-turis yang datang ke CA juga memberi makan rusa. Padahal, fungsi utama CA bukanlah sebagai tempat wisata, melainkan lahan konservasi dan penelitian. Namun, tampaknya terdapat pergeseran makna dalam penerapannya.
Hal ini telah mengusik perhatian mahasiswa-mahasiswa ITB yang mengikuti Gladi Mula Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam (KMPA) ITB. Oleh karena itu, pada Sabtu-Minggu (11-12/11/17), mereka telah melakukan Proyek Lingkungan Hidup di CA Pananjung Pangandaran. "Banyak pihak yang belum memahami regulasi mengenai cagar alam. Seharusnya, tidak bolehada campur tangan manusia, kecuali dalam hal penelitian atau konservas," ujar Arya Putra Dewantama (Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan 2017) selaku koordinator lapangan acara tersebut. Menurutnya, perilaku rusa-rusa di Pangandaran sudah tidak alamiah, karena mencari makanan dari tong sampah maupun turis yang datang.
Datang dan Beri Solusi
Oleh karena fenomena-fenomena tersebut, para peserta proyek ini melakukan dua kegiatan. Pertama, mereka melakukan sosialisasi mengenai pengertian cagar alam beserta dampaknya bagi masa depan. Kedua, melakukan susur sampah di Cagar Alam pada hari pertama. "Kami melakukan susur sampah dengan membagi personel menjadi dua tim. Tim pertama menyusuri sampah ke arah timur CA, sedangkan tim kedua ke arah barat. Total ada sepuluh trashbag yang penuh dengan sampah. Itu pun masih ada sampah yang belum terambil," ujar Arya menceritakan perjalanannya.
"Setelah sampah dikumpulkan, semuanya harus dibakar sampai habis. Ternyata membakar sampah itu lama, ya. Pembakaran berlangsung hingga maghrib," tambah mahasiswa TPB ini. Selain itu, tim yang datang ke Pangandaran juga mendirikan sebuah papan bertuliskan "Biarkan cagar alam tumbuh alami tanpa campur tanganmu." Setelah melakukan kegiatan langsung di lapangan, tim yang terdiri dari mahasiswa berbagai fakultas ini juga melanjutkan kampanye melalui media sosial dan internet.
sumber dokumentasi: divisi dokumentasi tim Proyek Lingkungan Hidup di CA Pananjung Pangandaran