Wakili Indonesia, Mahasiswa ITB Kembali Jalani Internship di CERN
Oleh Nur Huda Arif
Editor Nur Huda Arif
CERN merupakan pusat penelitian partikel tercangih dan terbesar di dunia yang memiliki Large Hadron Collider, sebuah akselerator partikel raksasa, yang melintasi Swiss dan Perancis. CERN memiliki sumbangsih besar terhadap ilmu pengetahuan seperti penemuan partikel Higgs Boson yang mendapatkan hadiah Nobel Fisika tahun 2013. Selain itu, ada pula penemuan menakjubkan tentang W and Z Boson serta penelitian lainnya. Penemuan ini dicapai berkat kerjasama berbagai ilmuwan-ilmuwan hebat dunia yang berdedikasi dan teknologi super canggih di CERN. Steven dan Martin mengikuti program internship ini selama 8 minggu (29/06-21/08/15) bersama 280 intern lainnya dari 83 negara baik mahasiswa program sarjana maupun program magister.
Proses seleksi yang harus dilalui oleh Steven dan Martin, meliputi proses pendaftaran dan seleksi berkas yang terdiri formulir CERN, curriculum vitae (CV), transkrip nilai akademik, motivation letter, preferrence letter, dan esai mengenai peluang bidang keilmuan yang ditekuni di bangku kuliah untuk aktivitas riset di CERN. Proses seleksi dilakukan oleh profesor-profesor CERN. Namun kerena Indonesia tidak termasuk negara anggota CERN, maka setelah lolos seleksi tersebut hanya satu orang yang mendapatkan biaya dari CERN selama masa magang. Untuk menutupi biaya lainnya selama internship, dengan dibantu Dr. Joko Sarwono (Dosen Teknik Fisika ITB) dapat diperoleh bantuan pembiayaan dari perusahaan H.M. Sampoerna.
Selama mengikuti kegiatan internship, Steven dan Martin tinggal di sebuah hostel di Perancis sehingga mereka terkadang harus menempuh jarak sekitar 1 kilometer menuju ke kawasan CERN yang berada di perbatasan Perancis-Swiss. Penghuni hostel yang sebagian besar juga merupakan peserta internship dari berbagai negara saling bertukar pengalaman dan budaya antar bangsa. Dalam program internship ini terdapat tiga kegiatan besar, yaitu lecture yang diberikan oleh profesor-profesor CERN maupun dari universitas-universitas terkenal di dunia seperti Cornel University, Liverpool University, dan lain sebagainya; project berupa tugas yang diberikan secara spesifik untuk setiap intern; serta kegiatan workshop dan visit di CERN.
Steven memperoleh project mengenai Gas Detector Development. Project yang diperoleh mahasiswa kelahiran Malang, 14 Juli 1994 ini memiliki tujuan untuk mendeteksi partikel seperti muon dan photon menggunakan gas kemudian dikembangkan metodenya agar kecepatan akusisi data dapat ditingkatkan. Sedangkan Martin memperoleh project mengenai Detector Control System untuk mendesain monitoring data center dengan mengembangkan fitur dari alat tersebut. Menurut Martin yang lahir di Bekasi, 4 Agustus 1993 ini, selama internship di CERN banyak sekali ilmu, ketrampilan, dan pengalaman yang didapat. "Sangat menyenangkan bekerja dengan orang yang memiliki latar belakang berbeda (diversity) dan di CERN banyak ditemui orang yang terbaik dibidangnya sehingga bekerja disana sangat efisien dan profesional. Terlebih didukung oleh teknologi-teknologi canggih," jelas Martin.
Pengalaman yang didapat selama mengikuti Summer Internship tersebut salah satunya adalah temperatur udara yang mencapai 38 derajat Celcius dan waktu terbenam matahari yang cukup larut sekitar pukul sepuluh malam waktu setempat. Selain itu, Steven dan Martin juga harus memasak sendiri dan tak jarang masak bersama-sama dengan intern lainnya dari berbagai negara sehingga terjalin komunikasi serta saling berbagai cerita dan pengalaman. Kesulitan yang ditemui selama tinggal di Perancis adalah sebagian besar orang Perancis tidak dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris. Namun, semua itu tidaklah sebanding dengan ilmu dan pengalaman yang didapat, "Pengalaman sekali seumur hidup, tidak dapat dibeli dengan uang", kata Steven.