Mahasiswa Mikrobiologi Cetak Prestasi di PIMNAS dengan Inovasi Detektor Demam Berdarah

Oleh Dina Avanza Mardiana - Mahasiswa Mikrobiologi, 2022

Editor Anggun Nindita

Muhammad Zhorif Robbanii diumumkan sebagai mahasiswa bertalenta pada ajang PIMNAS 2024 di Universitas Airlangga, Surabaya pada Jumat (19/10/2024) (Dok. YouTube Puspresnas)

SURABAYA, itb.ac.id - Mahasiswa Mikrobiologi Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Zhorif Robbaanii berhasil mendapatkan predikat Mahasiswa Bertalenta pada ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) pada Jumat (19/10/2024). Agenda ini diadakan di Universitas Airlangga Surabaya pada tanggal 14-19 Oktober 2024.

Zhorif merupakan anggota dari Tim DBD-Tect, salah satu dari dua tim yang berhasil mewakili ITB ke ajang PIMNAS tingkat nasional. Tim DBD-Tect terdiri atas Naufan (TF’21) sebagai ketua, Ali (TK’21), Farhatan (AR’21), dan Affan (BM’22), serta Zhorif sendiri. Zhorif menyampaikan bahwa dia berkenalan dengan anggota tim lainnya melalui Asrama Salman ITB.


Kontingen ITB pada opening PIMNAS 2024 di Universitas Airlangga Surabaya, Selasa (15/10/2024) (Dok. Pribadi Zhorif)
Tim yang dibimbing oleh Prof. Brian Yuliarto, S.T., M.Eng., Ph.D., ini banyak melakukan persiapan di Lab Advanced Functional Material, Program Studi Teknik Fisika, Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB.

Zhorif sangat berterima kasih kepada Prof. Brian yang telah memfasilitasi diskusi dengan mahasiswa S2 dan S3 di laboratoriumnya. Diskusi tersebut sangat bermanfaat karena Zhorif dan timnya dapat belajar banyak tentang konsep biosensor, elektroda, dan teknik elektrokimia.

Pada tahap awal pengembangan, tim berfokus pada pengembangan detektor demam berdarah dengan memanfaatkan teknologi Lateral Flow Immunoassay (LFIA) yang serupa dengan tes cepat antigen COVID-19. Namun, kendala biaya produksi yang tinggi mendorong tim untuk mencari alternatif. Akhirnya, tim memutuskan untuk mengembangkan detektor berbasis elektrokimia dengan menggunakan sensor chip berlapis emas.

Zhorif sendiri berperan sebagai peneliti utama dalam melakukan eksperimen di laboratorium dan menganalisis data yang diperoleh.

Sebelumnya, DBD-tect telah mendapatkan pendanaan lebih dari Rp 9 juta dari Kemenristekdikti untuk pelaksanaan risetnya. Sejak Maret, Zhorif dan timnya melakukan diskusi konsep dan pada Mei-Agustus, pelaksanaan riset berlangsung.

Pelaksanaan PIMNAS sendiri berlangsung selama 6 hari. Hari pertama dan kedua berfokus pada pembukaan acara dan penyambutan peserta, kemudian hari ketiga dan keempat merupakan sesi presentasi finalis, hari kelima merupakan sesi bebas, dan hari keenam merupakan malam puncak awarding.

Pemilihan mahasiswa bertalenta ditentukan berdasarkan penilaian dewan juri saat presentasi berlangsung, terutama pada sesi diskusi dan tanya jawab. Keaktifan Zhorif dalam berinteraksi dengan juri menjadi salah satu faktor penentu. Hal inilah yang membuat ia terpilih mendapatkan nominasi tersebut.

Menurut Zhorif, faktor utama penentu kemenangan dalam PIMNAS tidak hanya dari ide, namun juga dari luaran atau output yang dihasilkan dari penelitian yang dijalankan, misalnya publikasi, hak paten, dan ethical clearance. Kelompok Zhorif sendiri belum sempat mengajukan hak paten karena jarak waktu yang terlalu dekat antara didapatkannya hasil penelitian dengan pelaksanaan pimnas itu sendiri.


Prototype detektor demam berdarah yang berbasis elektrokimia dengan elektroda yang disebut SPCE (Screen Printed Carbon Electrode) yang ditambahkan gold nanoparticles. (Dok. Pribadi Zhorif)
Dalam perjalanannya, Zhorif mengakui bahwa ada berbagai tantangan yang dia alami serta timnya. Ia mengungkapkan bahwa kontrol dinamika tim sangatlah penting. Misalnya, bagaimana mereka dapat mengelola perbedaan pendapat di antara anggota tim dan mencapai kesepakatan bersama. Selain itu, keberhasilan proyek juga bergantung pada adanya tujuan yang jelas, pembagian tugas yang adil, serta perencanaan waktu yang matang agar setiap anggota dapat memberikan kontribusi terbaiknya.

Kemudian salah satu hal yang paling menantang dalam persiapan PIMNAS adalah mengelola tim. Ia harus belajar bagaimana menyelaraskan gaya kerja yang berbeda-beda dari setiap anggota tim dan memastikan semua tugas selesai tepat waktu.

“Pembagian kerja tidak hanya berorientasi kepada tugas yang diberikan saja, tetapi juga berorientasi kepada anggota, apakah capable atau tidak," ucapnya.

Zhorif mengutip perkataan salah satu dosennya, yakni Rindia Maharani Putri, Ph.D., pernah berujar bahwa kegagalan dapat disebabkan oleh empat faktor. Faktor pertama adalah pengujian yang salah akibat skill issues. Yang kedua, Skill lab yang bagus pun juga dapat digagalkan oleh kesalahan metode. "Apabila metode yang dilakukan sudah benar namun hasil penelitian masih kurang baik, maka itu disebabkan oleh faktor ketiga, yaitu instrumentasi yang digunakan. Dan yang terakhir, jika instrumentasi sudah diperbaiki, maka itu disebabkan karena kesalahan hipotesis yang diajukan pertama kali," tuturnya.

Terlepas dari berbagai tantangan yang dihadapi, Zhorif menilai bahwa partisipasi dalam PIMNAS merupakan pengalaman yang sangat berharga. Proses pembelajaran yang didapat melalui berbagai percobaan dan kesalahan telah memberikan kontribusi signifikan terhadap pengembangan dirinya.

"Mengikuti PIMNAS adalah salah satu kegiatan yang worth it untuk dicoba," pungkasnya.

Reporter: Dina Avanza Mardiana (Mikrobiologi, 2022)

#prestasi #prestasimahasiswa #mikrobiologi #pimnas