Mahasiswi ITB Raih Medali pada Kompetisi Ide Bisnis Internasional Berlandaskan Sains

Oleh Neli Syahida

Editor Neli Syahida

BANDUNG, itb.ac.id - Bidang Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) di Perguruan Tinggi tidak selalu harus bersifat teori. Seperti halnya jurusan Teknik, bidang MIPA dapat bersifat aplikatif. Hal ini ditunjukkan melalui kompetisi International Bussiness Plan Competition for Life Sciences and Computational Sciences yang diselenggarakan oleh Academy of Computational Life Sciences (ACLS) yang berada di bawah naungan Tokyo Institute of Technology (TIT). Pada kompetisi yang diikuti oleh lima negara ini, dua mahasiswi ITB berhasil membawa pulang medali emas dan perak. Medali emas diraih oleh Anita Herawati Permana (program Doktor Kimia), sedangkan medali perak diraih oleh Isriyanti Affifah (program Magister Kimia). Perwakilan ITB lainnya adalah Setyanto Tri Wahyudi (program Doktor Kimia).

Kompetisi ini diselenggarakan di Tokyo pada bulan Desember 2013 lalu. Sebanyak dua puluh tiga peserta disebar ke beberapa kelompok, di mana masing-masing kelompok bekerja sama untuk menciptakan ide bisnis. Panitia memberikan tiga paten sebagai modal untuk mengembangkan ide bisnis. Ketiga paten tersebut adalah paten mengenai metode produksi lipid bilayer, metode sintesis oligonucleotida probe dan walking aid sensor. Tim diberikan kebebasan untuk mengambil ide dari salah satu paten tersebut, mengombinasikan paten-paten yang diberikan, atau mengombinasikan paten terpilih dengan paten lain di luar yang diberikan. Peserta diberi kesempatan untuk memikirkan rencana bisnis tersebut selama dua hari.

Anita dan timnya merencanakan ide bisnis berupa pengembangan sistem monitor untuk hewan. Ide ini merupakan pengembangan lebih lanjut dari paten walking aid sensor. Alat ini merupakan gabungan dari sensor gerak, sensor suhu, sensor suara, dan Global Positioning System (GPS)  yang diterapkan pada kalung hewan peliharaan. Data yang dikumpulkan oleh sensor-sensor tersebut kemudian diolah oleh suatu aplikasi yang dapat dipasang pada komputer ataupun perangkat pintar lainnya. Aplikasi tersebut dapat memberikan info pada pemilik hewan mengenai pergerakan dan lokasi hewan, beserta prediksi kesehatan hewan dilihat dari suhu dan pergerakan yang tidak biasa.

Isriyanti dan timnya mencetuskan ide yang bersumber dari paten lipid bilayer. Dikombinasikan dengan system computing, tim ini membuat gagasan mengenai USB (Universal Serial Bus) pendeteksi penyakit pada tanaman. Cara kerjanya, bagian dari tanaman yang diduga berpenyakit dipreparasi terlebih dahulu sebelum dimasukkan ke dalam perangkat USB. Hasil analisis yang diperoleh akan ditampilkan pada layar setelah USB disambungkan pada komputer yang telah dilengkapi perangkat lunak dan database penyakit. Alat ini merupakan cara mudah dan sederhana untuk deteksi awal penyakit pada tanaman. Ide ini dilatarbelakangi oleh kondisi petani Asia yang masih memiliki kendala dalam mengenali penyakit pada tanaman. Dengan kemudahan dan kepraktisan penggunaan alat ini diharapkan kendala tersebut dapat teratasi.

Setyanto dan tim menggagas inovasi baru dalam pembuatan liposom dengan peptida linear di dalamnya sebagai obat atherosclerosis, ischemia reperfusion injury dan abdominal aortic aneurysm. Keuntungan yang dimiliki oleh produk ini antara lain kemampuan degradasi peptida linear yang lebih mudah dibandingkan dengan protein. Selain itu, peptida linear juga memiliki daya serap dan kelarutan yang tinggi bila dibandingkan  dengan peptida siklik.

Isriyanti mengaku bahwa ia mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan baru setelah mengikuti kompetisi ini. "Di jurusan MIPA kan kita kurang tahu sebenarnya nanti aplikasi ilmu yg kita dapatkan itu untuk apa. Tapi karena ikutan lomba ini, jadi tahu kalau ilmu MIPA itu keren banget, bisa dibikin alat-alat canggih," ujar Isri. Adapun kendala yang dia alami dan timnya adalah menyatukan berbagai ide dengan orang-orang yang berasal dari budaya yang berbeda. Terakhir, Isriyanti berpesan kepada mahasiswa ITB, "Harus percaya diri karena kemampuan anak-anak ITB nggak kalah kok dari kemampuan anak-anak di luar. Cukup kita mau berpikir sedikit saja kita bisa mengubah dunia."

Sumber foto: dokumentasi pribadi