Melihat Peluang Penyediaan Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik di Indonesia
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id –Industri kendaraan listrik diprediksi akan tumbuh cepat pada tahun-tahun yang akan datang. Indonesia dapat memainkan peranan yang strategis ke depan karena memiliki bahan baku primer untuk baterai kendaraan listrik, khususnya nikel, kobalt, alumunium, tembaga dan mangan, serta pasar domestik mobil dan kendaraan bermotor yang cukup besar.
Hal tersebut disampaikan Prof. Dr.mont. M. Zaki Mubarok, S.T., M.T., saat pidato ilmiah dalam Sidang Terbuka Peresmian Penerimaan Mahasiswa Baru (PPMB) Program Doktor, Magister, dan Program Profesi Semester II Tahun 2019/2020 di Gedung Sabuga ITB, Kamis (9/1/2020). Prof. Zaki mengangkat pidato ilmiah dengan topik “Penyediaan Bahan Baku Baterai Kendaraan Listrik di dalam Negeri Melalui Proses Pengolahan dan Pemurnian Bijih Nikel Laterit”.
Menurut data Mineral Commodity Summaries 2019 dari United State of Geological Survei (USGS) tahun 2019, Indonesia mempunyai cadangan nikel terbesar di dunia yaitu sebesar 21 juta ton nikel ekivalen pada 2018 dan tingkat produksi tambang pada tahun tersebut sebesar 560.000 ton nikel ekivalen.
“Cadangan nikel di Indonesia adalah dalam bentuk deposit nikel laterit yang merupakan produk laterisasi atau pelapukan batuan ultramafik (batuan yang mengandung magnesium dan besi),” ujarnya.
Mobil Listrik
Prof. Zaki menambahkan, baterai merupakan komponen kunci untuk kendaraan listrik dan berkontribusi sekitar 35-40% dari harga mobil listrik pada saat ini. Komponen biaya terbesar untuk pembuatan baterai mobil listrik adalah biaya materialnya yang mencapai kurang lebih 60% dari total biaya pembuatan baterai.
“Mobil listrik menggunakan baterai lithium ion dengan lithium nikel, kobalt, mangan dan alumunium digunakan sebagai bahan baku material katoda serta grafit sebagai material anodanya. Material katoda memberikan kontribusi paling tinggi terhadap harga sel baterai lithium yaitu sekitar +-34%,” jelasnya. Dia memperkirakan penjualan mobil listrik di dunia akan terus meningkat mencapai +- 55%, pada tahun 2040 sekitar 48%-nya adalah mobil listrik berbasis baterai.
Di Indonesia telah ditandatangani Peraturan Presiden No.55 Tahun 2019 tentang percepatan program kendaraan bermotor listrik berbasis baterai untuk transportasi jalan. Menurutnya, Indonesia dapat memainkan peran strategis pada industri kendaraan listrik karena ketersediaan bahan baku dan juga pasar domestik untuk mobil dan sepeda motor.
“Sebagian besar material yang dibutuhkan untuk pembuatan baterai mobil listrik tersedia di dalam negeri, kecuali lithium yang proses ekspolarinya masih terus ditingkatkan,” kata guru besar Bidang Metalurgi Ekstraksi.
Riset ITB
Kegiatan riset mengenai proses ekstraksi dan pemurnian logam dilakukan di KK Teknik Metalurgi, FTTM ITB. Dalam 10 tahun terakhir, telah banyak kegiatan penelitian yang dilakukan di Lab Hidro-elektrometalurgi baik pada tahap hulu hingga sintesis produk.
Pada tahun 2020 ini, seperti dijelaskan Prof. Zaki, Laboratorium Hidro-elektrometalurgi, KK Teknik Metalurgi ITB akan dilakukan penelitian untuk menyintesis nikel sulfat dan kobalt sulfat dari bijih nikel laterit lokal yang akan digunakan untuk mempreparasi katoda sel baterai NMC.
“Peluang penelitian dan pengembangan proses sintesis material untuk penyediaan material baterai kendaraan listrik masih cukup terbuka baik di area proses pengolahan dan pemurnian mineral maupun daur ulang logam hingga preparasi material prekursoso baterai dan pengujian performa sel baterai yang telah dihasilkan,” kesimpulannya.