Memperkuat Moderasi Beragama Melalui Dialog Budaya: Sinergi ITB dan Kemenag untuk Generasi Muda

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

Dok.Istimewa

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Balitbang Diklat Kementerian Agama (Kemenag) RI, menyelenggarakan Dialog Budaya dalam Moderasi Beragama (MB), di Gedung Kuliah Umum (GKU) 2, ITB Kampus Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kamis (2/5/2024).

Agenda ini adalah bagian dari proses diseminasi praktik penguatan MB. Acara tersebut dibuka oleh penampilan Tari Saman oleh para mahasiswa dari Unit Kebudayaan Aceh ITB.

Dalam sambutannya, Direktur Direktorat Kemahasiswaan (Ditmawa) ITB, Dr. G. Prasetyo Adhitama, S,Sn., M.Sn., mengapresiasi adanya kegiatan ini. Menurutnya acara ini sangat penting bagi para mahasiswa.

“Hari ini ada di dalam sesi yang sangat penting, dan semoga nanti bisa dicerna, dilaksanakan, juga lebih dari itu pesan-pesan yang luhur ini bisa disampaikan kepada kawan lainnya yang tidak hadir pada kesempatan ini,” katanya.

Sementara itu, Kepala Balitbang Diklat, Prof. Dr. Amien Suyitno, M.Ag., mengakui banyak mendapatkan inspirasi dari ITB. Menurutnya banyak hal yang dapat dijadikan pelajaran. Beliau pun menilai bahwa mahasiswa ITB, di tengah kesibukan akademik yang sangat padat, namun tetap dapat menyalurkan kreasi seninya.

“Seperti kata orang bijak, logika melahirkan ilmu sains, etika melahirkan norma, estetika melahirkan keindahan. ITB bisa mengintegrasikan tiga hal itu, logika, norma, sekaligus etika,” katanya.

Dok.Kemenag RI

Beliau pun memberikan pujian terhadap pertunjukan Tari Saman yang telah ditampilkan. Prof. Suyitno juga berpesan untuk jangan pernah bosan menampilkan sebuah karya, karena dapat melahirkan sesuatu yang indah tau estetik.

Hal tersebut, ungkapnya merupakan sebuah keunikan tersendiri. Adanya berbagai unit kedaerahan di ITB menurutnya tidak hanya sebuah kekayaan yang dimiliki ITB, namun juga merepresentasikan keberagaman yang da di Indonesia.

“Agar estetik, sebuah bangsa butuh identitas budaya. Ini penting dan sesuai dengan salah satu indikator moderasi beragama yaitu penerimaan terhadap budaya lokal,” tuturnya.

Dalam kesempatan ini, beliau pun mengungkapkan data hasil riset Balitbang Diklat. Prof. Suyitno memaparkan bahwa gen Z dan milenial memiliki cara pandang yang akomodatif terhadap keragaman budaya, sebesar 71,4% dibanding generasi baby boomers.

“Ini menjadi PR kita semua untuk terus merawat budaya, agar tetap menjadi identitas bangsa di tengah-tengah pertarungan budaya global. Praktik budaya perlu disemai, dirintis di semua kampus, tidak terkecuali kampus Perguruan Tinggi Negeri,” ucapnya.

Sementara itu, mengenai penguatan Moderasi Beragama, beliau mengatakan bahwa ini bukan hanya sebagai program Kemenag. Namun telah menjadi program lintas kementerian berdasarkan Perpres Nomor 58 Tahun 2023.

“Jadi, kami hadir di ITB ini, dalam rangka mendiseminasikan bersama-sama penguatan Moderasi Beragama, karena ini bukan seremonial, tetapi kebutuhan kita sebagai sebuah bangsa," pungkasnya.