Mendiskusikan Paradigma Industri Kreatif Lewat FSRD Talk

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id—Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB menyelenggarakan kegiatan FSRD Talk bertajuk “Antisipasi Ilmu Seni Rupa dan Desain dalam Merespons Pergeseran Paradigma ke Arah Ekonomi Kreatif” pada Rabu (23/6/2021). Kegiatan tersebut menghadirkan Prof. E. Imam Buchori Zainuddin, Guru Besar Emeritus Bidang Desain ITB, sebagai pembicara.

Prof. Imam mengawali pemaparannya dengan menjelaskan perkembangan seni yang selaras dengan perkembangan sains, mulai dari paradigma newtonian science hingga techno science. Menurutnya, kompleksitas paradigma techno science telah meleburkan banyak keilmuan yang tidak hanya dibangun secara sosial, tetapi juga berwawasan budaya dan kondisi lingkungan.

Salah satu contoh teknologi yang memiliki peran besar dalam peradaban manusia saat ini adalah artificial intelligence (AI). AI dapat dengan mudah membantu pekerjaan seperti pengumpulan data dan pemrosesan algoritma. “Sebagai manusia, tantangan kita sekarang adalah mengolaborasikan inteligensi manusia dan inteligensi buatan,” ujar Prof. Imam.

Untuk menanggapi tantangan tersebut, terdapat tiga sikap yang perlu dimiliki. Pertama, consilient thinking untuk mencari solusi bersama perangkat AI. Selanjutnya, penggalian pemahaman kultural baru yang tidak dapat dilakukan oleh AI. Terakhir, pendekatan humanistik, misalnya dengan unsur spiritualitas.

Terkait dengan perkembangan teknologi dan perubahan pasar, Prof. Imam juga menyebutkan bahwa techno science telah menyulut kemunculan industri kreatif. “Daya kreativitas merupakan modal terpenting dalam perputaran nilai ekonomi kreatif,” tambahnya.

Industri kreatif di Indonesia memiliki pola unik yang berbeda dengan negara lain. Berdasarkan data yang dihimpun pada tahun 2019, kuliner, fashion, dan kriya menjadi kontributor PDB ekonomi kreatif terbesar di Indonesia. Meskipun demikian, ketiga subsektor tersebut tidak padat kreativitas.

Oleh karena itu, Prof. Imam menaruh harapan besar kepada FSRD ITB, sebagai fakultas yang berfokus pada pendidikan seni dan desain, untuk menggali riset-riset yang terkait dengan industri kreatif. Ia mengusulkan topik riset wawasan tentang kaweruh dan dampaknya pada budaya, morfologi bentuk yang sesuai dengan spirit era informasi, cultural neuroscience, arti kultur kontemporer, UI/UX, studi media, dan extended synectics.

FSRD Talk ditutup dengan sesi diskusi untuk mengelaborasi topik bahasan. Turut hadir dalam sesi tersebut Adi Panuntun (CEO Sembilan Matahari) dan Tromarama (Art Collective) sebagai penanggap.

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)