Mengenal Biodiversitas dan Interaksi Ekologi di Ekosistem Hutan Hujan Tropis

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id -- Pada hari Sabtu (18/12/2021), Kelompok Keilmuan Ekologi, SITH ITB mengadakan webinar bekerja sama dengan Graduate School Hiroshima University. Judul dari webinar adalah Biodiversity and Ecological Interaction in Tropical Rainforest Ecosystem

Webinar ini adalah kerja sama kedua bagi Hiroshima University dan SITH ITB. Terdapat 4 pembicara yang terdiri dari 1 dari SITH ITB dan 3 dari Hiroshima University. Webinar ini dihadiri oleh sekitar 95 orang yang berasal dari berbagai negara seperti Indonesia, Jepang, dan Vietnam.

Acara di mulai oleh sambutan dari Prof. Dr. Tati S. Syamsudin, MS. DEA. selaku Ketua KK Ekologi, selanjutnya pengenalan Hiroshima University oleh Prof. Yoshifumi Nishimura selaku Dean of Graduate School of Integrated Sciences for Life, dan acara dibuka oleh Dr. Endah Sulistyawati selaku Dekan SITH ITB. Setelah dibuka, Dr. Arni F. S. Sholihah selaku moderator dari webinar menjelaskan terdapat 2 sesi dengan masing-masing sesi terdiri dari 2 pembicara.

Pada sesi pertama, pembicara pertama adalah Dr. Dian Rosleine dari SITH ITB dengan judul riset Vegetation Dynamics in A Permanent Plot of Gunung Halimun Salak National Park. Hasil yang didapatkan dari riset adalah tidak terdapat perbedaan signifikan dari keanekaragaman vegetasi di plot permanen dengan spesies Castanopsis acuminatissima berperan besar dalam dinamika vegetasi plot.

Pembicara kedua pada sesi pertama adalah Prof. Toshihiro Yamada and Prof. Toshinori Okuda dari Hiroshima University dengan judul riset Humans, Animals, and Tropical Rainforests; An Autonomous Destruction of Forest. Penelitian dilakukan di Malaysia akibat kekhawatiran mengenai deforestasi hutan hujan tropis di kawasan Asia Tenggara untuk penggunaan lain seperti perkebunan kelapa sawit. Setelah dilakukan penelitian, terdapat hipotesis bahwa dengan adanya perkebunan kelapa sawit dapat meningkatkan pertumbuhan beruang liar sebagai sumber makanan yang dapat merusak ekosistem dari hutan hujan tropis akibat menjadi habitat beruang liar.

Pembicara pertama pada sesi kedua adalah Tetsuro Hosaka, Ph.D. dari Hiroshima University dengan judul riset Mass Flowering and Insect Seed Predator. Penelitian berfokus pada Famili Dipterocarps dengan contoh tumbuhan seperti Meranti dan Keruing. Insekta yang berperan pada setiap tahap berbeda terutama saat masa berbuah dan tidak berbuah. Pembicara kedua pada sesi kedua adalah Miyabi Nakabayashi, Ph.D. dari Hiroshima University dengan judul riset Seed Dispersal of Figs by Frugivorous Canivores in Borneo.


Pulau Kalimantan atau Borneo bukanlah pulau yang kaya akan buah dibandingkan pulau Sumatera. Fig atau tanaman Ara adalah tumbuhan yang penting atau dapat disebut keystone food resource untuk banyak hewan seperti binturong, owa, dan rangkong bertopeng dengan hewan paling dominan adalah binturong. Keberadaan dari tanaman Ara penting karena binturong dan rangkong bertopeng termasuk hewan yang terdapat di IUCN Red List.

Hutan hujan tropis sangat penting untuk ekosistem. Maka, sebagai masyarakat yang tinggal di Indonesia perlu menjaga hutan hujan tropis dan perlu berpikir matang-matang saat melakukan tindakan yang berhubungan dengan ekosistem agar tidak merusak hutan hujan tropis dan ekosistem di dalamnya.

Reporter: Alvina Putri Nabilah (Biologi, 2019)