Menggagas Transportasi Ramah Lingkungan: Jalan Menuju Mobilitas Berkelanjutan di Indonesia

Oleh Hafsah Restu Nurul Annafi - Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019

Editor M. Naufal Hafizh

BANDUNG, itb.ac.id – Dr. Ir. Sigit P. Santosa MSME, IPU., dosen dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) Institut Teknologi Bandung (ITB) berbagi wawasan tentang masa depan transportasi dalam kelas subtema 1 ASEAN University Network (AUN) – ITB Summer Camp 2024. Sesi yang diadakan di coworking space FTMD lantai 1 pada Rabu (17/7/2024) ini membahas teknologi dan inovasi yang dapat mendorong terciptanya sistem transportasi lebih berkelanjutan.

Dr. Sigit menekankan bahwa transportasi berkelanjutan merupakan sistem yang mudah diakses, aman, nyaman, ramah lingkungan, dan terjangkau. Sayangnya, sistem transportasi konvensional di Indonesia masih menghadapi beberapa kendala, seperti kemacetan lalu lintas, polusi udara, dan ketergantungan pada bahan bakar fosil. Hal ini menunjukkan ketidakberkelanjutan sistem transportasi saat ini dan perlu segera diatasi.

Transportasi berkelanjutan sangat bergantung pada platform teknologi dan sumber energi terbarukan. Kendaraan listrik, yang merupakan bagian dari revolusi industri masa depan dinilai sebagai solusi untuk mobilitas yang ramah lingkungan dan solusi transportasi darat yang berkelanjutan.

"Peluang besar terbuka untuk pengembangan industri baru seiring dengan perkembangan teknologi kendaraan listrik. Teknologi ini kini berada pada level yang sama di berbagai negara, menciptakan persaingan yang sehat dalam pengembangan industri," ujarnya.

   

Namun, beliau mengingatkan bahwa diperlukan prioritas nasional dalam pengembangan kendaraan listrik untuk mengatasi beban penyakit akibat polusi. Proses validasi yang komprehensif pun sangat penting untuk menjamin keamanan publik.

Dr. Sigit pun membahas topik bahan bakar penerbangan berkelanjutan (SAF). SAF merupakan solusi yang sudah tersedia dan dapat digunakan tanpa perlu merancang pesawat baru.

"SAF dapat mengurangi emisi gas rumah kaca hingga 80%. Di Eropa, target penggunaan SAF mencapai 2% pada tahun 2025 dan terus meningkat hingga mencapai 63% pada tahun 2050," ujarnya.

Selain itu, beliau mengulas pemanfaatan biofuel sebagai sumber energi terbarukan. Biofuel dapat dihasilkan dari CPO (Crude Palm Oil) dan CPOK (Crude Palm Kernel Oil) melalui proses transesterifikasi, hidrodeoksigenasi, dan catalytic cracking. "Biofuel dapat digunakan sebagai biodiesel, bioavtur, dan bahkan bahan bakar untuk kendaraan bermotor," katanya.

beliau pun menyampaikan tantangan dan peluang dalam pengembangan kendaraan listrik. Saat ini, harga kendaraan listrik masih lebih tinggi dibandingkan kendaraan konvensional. "Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, harga kendaraan listrik akan semakin terjangkau. Keunggulannya terletak pada biaya operasional yang lebih rendah dan ramah lingkungan," katanya.

"Ke depan, kita akan memasuki era transportasi terintegrasi yang menggabungkan teknologi kendaraan listrik, biofuel, dan energi terbarukan. Hal ini akan membawa kita menuju sistem transportasi yang lebih berkelanjutan," tuturnya.

Reporter: Hafsah Restu Nurul Annafi (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2019)