Menilik Perkembangan Industri Biopharmaceutical di Indonesia Melalui Biologics dan Biosimilar
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Sebagai bagian dari rangkaian webinar yang dilaksanakan oleh Bioteknologi SITH ITB, seri kedua dalam acara Biotechnology Fair yang diadakan pada Selasa (22/3/2022) mengangkat tema mengenai penerapan bioteknologi dalam industri. Acara kali ini diisi oleh Ilma Equilibrina, Ph. D., selaku Head of Research Sales di Merck Chemicals and Life Science.
Ilma menjelaskan mengenai biopharmaceutical atau biologics. Secara garis besar, obat dapat dibagi menjadi biologics dan obat konvensional. “Seperti definisinya, biologics adalah obat yang diproduksi dan diekstraksi dari sumber-sumber biologis seperti bakteri ataupun kapang.”
Jika dibandingkan dengan obat konvensional, biologics tersusun atas molekul-molekul kompleks seperti gula, protein, dan asam nukleat sedangkan obat konvensional disusun dengan praktik sintesis kimiawi. Biologics sendiri kemudian dapat dibagi menjadi beberapa macam, di antaranya adalah darah, sel, terapi gen untuk memodifikasi atau menggantikan gen penyebab penyakit, vaksin, serta protein rekombinan atau monoclonal antibody (Mab).
“Industri biologics ini tumbuh sangat cepat dalam 5 – 10 tahun terakhir,” ujarnya seraya menamahkan bahwa pada tahun 2011 sendiri, biologics dari sisi pasar dan penjualan memiliki proporsi yang besar, yakni 24% dari total global sales of drugs. Pertumbuhan yang cepat ini disebabkan oleh keefektifan kerja dari biologics untuk penyakit-penyakit kronis, termasuk kanker dan diabetes, yang tidak dapat ditangani oleh obat konvensional.
Seperti obat lainnya, biologics juga bermula dari riset, dikembangkan, untuk kemudian diuji pre-klinis di hewan hingga akhirnya diuji klinis pada manusia. Menurutnya, dalam proses manufaktur biologics itu sendiri terdapat beberapa tantangan. Berangkat dari hal itu, Ilma menekankan bahwa produk biologics perlu dipastikan aspek konsistensi, kualitas, dan kemurniannya.
Biologics bisa diklasifikasikan menjadi obat paten dan biosimilars. Biosimilar adalah salinan dari biologics sebagai obat paten, namun dengan harga yang lebih terjangkau. Pengembangan biosimilar di Indonesia juga memberikan keuntungan berupa akses yang lebih luas ke pasien. “Dengan akses yang lebih banyak ke masyarakat, tentunya akan ada peningkatan pada hasil, terutama dalam hal efisiensi,” katanya.
Dalam mengembangkan industri biopharmaceutical di Indonesia, beberapa inisiatif dapat dilakukan terutama sebagai bagian dari komunitas ilmu hayati. “Kita dapat berkolaborasi dalam riset, pengembangan bioclusters seperti lab virtual, atau bahkan dengan mengadakan seminar bersama,” harapnya.
Reporter: Athira Syifa P. S. (Teknologi Pascapanen, 2019)
Sumber foto: freepik