Menilik Perkembangan IoT di Indonesia

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

*Prof.Dr.Ir. Suhono Harso Supangkat M.Eng.

BANDUNG, itb.ac.id – Perkembangan teknologi informasi mendorong perubahan zaman yang semakin pesat. Pada era revolusi industri 4.0, kita mungkin sering mendengar istilah Internet of Things (IoT). Kedepannya, potensi market place dari IoT ini akan semakin besar. Untuk itu pemerintah sendiri telah mencanangkan program Making Indonesia 4.0 yang salah satu kompenennya ialah IoT. 


IoT sendiri dapat diartikan sebagai aktivitas antara manusia dan benda (things), benda dengan benda,  seperti sensor, robot, platform, dan cloud yang terhubung melalui protokol komunikasi standar untuk saling menerima atau mengirimkan informasi sehingga memungkinkan proses kerja tertentu menjadi lebih efisien.

Menurut Prof.Dr.Ir. Suhono Harso Supangkat M.Eng., Guru Besar pada KK Teknologi Informasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatik ITB, potensi IoT di Indonesia sangatlah besar. Namun tentu saja, selain ada peluang juga ada tantangan yang harus dihadapi, misalnya masalah pemerataan infrastruktur jaringan dan kondisi geografi.

Dia menerangkan, ada sejumlah kompenen dalam pengembangan IoT yang sangat berpengaruh, pertama adalah manusia. Komopnen ini mencakup SDM yang mampu mendukung pengembangan IoT, dampak IoT bagi dunia kerja di masa depan, dan perubahan budaya yang diakibatkan oleh kehadiran IoT.

Kemudian yang kedua adalah teknologi. Komponen ini mencakup bagaimana benda-benda seperti sensor, cloud, platform, robot dan lainnya terhubung melalui protokol dan algoritma tertentu. Dan ketiga adalah tata kelola. Dalam aspek ini komponennya mencakup regulasi, model bisnis, dan pengembangan peran antar masing-masing pihak yang berkepentingan dalam pengembangan IoT di Indonesia.

“Indonesia saat ini sedang gencar-gencarnya dalam pengembangan IoT sebagai salah satu wujud dari rencana Making Indonesia 4.0, di mana dengan IoT, setiap hal bisa saling berkoneksi atau terhubung satu sama lainnya,” kata Prof. Suhono diwawancara Humas ITB belum lama ini.

Menurut Prof. Suhono, cepat atau lambatnya perkembangan IoT di Indonesia dipengaruhi oleh kualitas SDM di suatu wilayah. Namun Indonesia sudah menargetkan potensi pasar IoT di tahun 2022 dan 2025 sampai triliunan rupiah. “Penerapan IoT di Indonesia bisa diterapkan dalam aspek transportasi, mobil listrik, kesehatan, dan lingkungan,” ujarnya.

Peran Penting Lab IoT ITB

Institut Teknologi Bandung sebagai perguruan tinggi teknik tertua di Indonesia, memiliki peranan penting dalam perkembangan IoT. Untuk itu, pada Februari 2019 lalu, telah diresmikan “Internet of Things (IoT) and Future Digital Economy Laboratorium” sebagai wujud merespon perkembangan dunia digital. “Lab tersebut didirikan dalam rangka mendorong inovasi dan kemajuan dalam bidang ekonomi digital, terutama di era industri 4.0,” ucap Taufiqurrahman Akmal, salah satu tim di Lab IoT ITB.

Dijelaskan Akmal, target dari Lab ini adalah menjadi IoT market space, di mana salah satu kegiatannya adalah mengenai riset, memberikan workshop atau pelatihan mengenai IoT. Selain itu, target lainnya ialah menjadi penentu standard device IoT di Indonesia. Sehingga riset yang dikembangkan di lab ini bukan hanya menjadi riset saja tapi juga dapat diimplementasikan dan digunakan dalam skala yang lebih besar lagi.

"Kita ingin melalui laboratorium ini, riset-riset yang dihasilkan bisa diimplementasikan dan bermanfaat sebesar-besarnya," ujarnya.

Dia optimistis target tersebut dapat tercapai sebab pemerintah telah menargetkan sebanyak 400.000 sensor terpasang di Indonesia, dan dipasang di 440 kota di Indonesia. Targetnya itu, dijelaskan Akmal, akan rampung di 2022. ”Jadi kalau bicara potensi IoT di Indonesia itu pasti akan sangat besar sekali,” tambahnya.