Menteri ESDM Arifin Tasrif Paparkan Potensi Besar Energi dan Sumber Daya Mineral Indonesia dalam Kuliah Umum PSPPI ITB
Oleh Adi Permana
Editor Adi Permana
BANDUNG, itb.ac.id—Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Ir. Arifin Tasrif mengatakan, cadangan gas bumi di Indonesia hanya sebesar 77,3 triliun kaki kubik dengan umur cadangan hanya sampai 22 tahun lagi dengan asumsi tidak ada penemuan cadangan baru lagi. Namun Indonesia masih memiliki potensi minyak bumi dan gas yang cukup besar karena masih banyak cekungan yang belum digarap.
Arifin Tasrif menyampaikan hal tersebut saat menjadi pembicara dalam kuliah umum Program Studi Program Profesi Insinyur ITB, Senin (21/9/2020) lalu. Ia mengatakan, selama ini Indonesia hanya mengekspor batubara secara mentah. Namun, telah ada perencanaan dan sudah mulai dilaksanakan kegiatan hilirisasi batubara agar ini dapat menghasilkan gas hidrogen, metanol, dimetil eter, amonia, maupun urea yang memang dibutuhkan dalam jangka panjang.
“Batubara diharapkan dapat menyubstitusi kebutuhan gas bumi jika nantinya cadangan gas bumi Indonesia habis. Hal ini karena umur cadangan terbukti batubara yang lebih lama dibadingkan umur cadangan terbukti gas bumi,” ujarnya.
Selain potensi energi fosil, Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan sebesar 417,8 GW, tetapi hanya 2,5% yang baru termanfaatkan. “Indonesia harus segera mengalihkan dari sumber-sumber energi konvensionalnya menjadi energi baru dan terbarukan. Ini akan menciptakan banyak kesempatan untuk mengembangkan teknologi dan tenaga kerja,” ujarnya.
Kelapa sawit, selain berfungsi untuk pengolahan bahan makanan, kelapa sawit dapat dimanfaatkan untuk sumber energi. Ke depannya, kelapa sawit diharapkan menjadi salah satu alternatif penghasil bahan bakar hidrokarbon, baik itu bensin, solar, dan avtur. Namun, untuk dapat memproduksi bahan bakar ini, dibutuhkan lahan yang sangat luas. Berdasarkan perhitungan kasar, untuk menghasilkan satu juta barel minyak per hari dibutuhkan 14-15 juta hektar lahan kebun sawit yang menghasilkan 4-5 ton per hektarnya. Hal ini dapat menjadi lahan bagi para insinyur untuk mendarmabaktikan profesinya bagi kedaulatan energi Indonesia.
Indonesia memiliki permasalahan dalam meningkatkan nilai tambah mineral hasil pengolahan dan pemurnian. Seperti batubara, banyak mineral yang langsung diekspor dalam bentuk bahan mentah. Hal ini tentu tidak memberikan dampak nilai tambah untuk Indonesia, bahkan Indonesia harus mengimpor lagi bahan-bahan tersebut yang telah diproses di luar negeri.
“Ini adalah proses nilai tambah di mana satu ton bauksit yang mengandung 42% aluminum oxide hanya harganya 20 dolar. Kalau diproduksi menjadi alumina yang berkonsentrasi 90%, nilainya akan bertambah menjadi 17 kali lipat. Kalau diproduksi menjadi aluminium sheet, nilai tambahnya enam kali lipat lagi dibandingkan dengan yang sebelumnya,” jelasnya.
Sebagai penutup, Menteri Arifin berpesan, “Selalu coba mencari sesuatu yang baru, yang mempunyai nilai tambah. Coba juga membangun budaya kerja sama, saling sharing, saling mengisi karena ini akan sangat membantu. Kalau sendiri-sendiri, kemampuan itu tidak akan terakumulasi dan termanfaatkan dengan baik. Jadi, mulailah dengan komunikasi dan sharing. Dari komunikasi itu, coba berpikir bagaimana kita menghasilkan sesuatu yang baru, yang lebih memberikan manfaat.”
Reporter: Michael Widjaja (Teknik Pertambangan, 2016)